YOGYAKARTA – Produksi ternak di Asia dan Australia telah menjadi sektor utama bagi penyediaan sumber bahan pangan berkualitas, disamping berkontribusi pada terciptanya lapangan kerja baru, serta meningkatkan kesejahteraan peternak. Meski demikian, peningkatan produktivitas ternak di suatu negara tidak lepas dari hasil inovasi yang dilakukan para peneliti di bidang peternakan, karenanya riset pengembangan teknologi tepat guna yang efisien dan relevan di bidang peternakan sangat dibutuhkan di Indonesia.
Hal itu mengemuka dalam kongres Asian Australian Animal Production (AAAP) ke -16 di Grha Sabha Pramana (GSP) UGM yang berlangsung pada 11-14 November. Ketua Panitia Kongres, Budi Guntoro, S.Pt., M.Sc., Ph.D., mengatakan kongres kali ini membahas berbagai persoalan yang dihadapi dalam pembangunan bidang peternakan. Beberapa di antaranya kebijakan terkait inovasi sumber pakan ternak, perdagangan internasional, nutrisi pakan ternak, sumber daya genetik, perubahan iklim, kesejahteraan hewan serta masalah lain yang menjadi agenda penelitian global.
Menurut dosen Fakultas Peternakan UGM ini menyebutkan sedikitnya ada ratusan peserta yang terdiri ilmuwan dan peneliti dan pengusaha di bidang peternakan yang mengikuti kongres selama empat hari tersebut. “Ada 43 negara yang berpartisipasi dalam kongres. Kami juga berhasil mengumpulkan kurang lebih 1100 makalah yang siap dipresentasikan,” terang Budi saat ditemui disela kegiatan kongres, Rabu di GSP UGM (12/11).
Selain sebagai ajang pertemuan para ilmuwan peternakan berbagi informasi terkait perkembangan ilmu peternakan di negara masing-masing, kongres dua tahunan ini dijadikan sebagai alat untuk memperkuat jaringan antara negara di Asia dan Australia. “Ini adalah kali kedua AAAP di Indonesia, setelah Tahun 1994 diadakan di Bali,” tutur Nanung Agus Fitriyanto S.Pt. M.Sc., Ph.D salah satu anggota panitia.
Nanung menambahkan hasil kongres ini akan disampaikan kepada pemerintah dari negara-negara masing-masing dalam mendukung perumusan kebijakan negara. “Khusus hasil penelitian yang berhasil kami kumpulkan akan kami serahkan kepada Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian,” jelas Nanung.
Di sela kegiatan kongres, beberapa peserta juga memamerkan beberapa hasil inovasi di bidang peternakan dalam bentuk presentasi poster dan karya inovasi. Seperti yang dilakukan oleh Dr. Suharsono, S.Pt. M.Si dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tengah yang mempresentasikan hasil penelitiannya tentang pakan ternak dari limbah kakao. “Inovasi ini kita lakukan dalam usaha peningkatan produktivitas sapi lokal donggala,” ujarnya. [Humas UGM/Izza]