YOGYAKARTA – Mahasiswa asing yang tengah belajar di Indonesia diajak mempromosikan RI di negara asalnya. Meski tujuan utama mereka datang ke Indonesia menuntut ilmu, namun selama di bangku kuliah, mereka diharapkan bisa berbicara dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik serta mengenal seni dan budaya serta berbagai lokasi wisata menarik yang ada di seluruh Indonesia.
Hal itu disampaikan Dr. Purwanto Subroto, Bagian Kerjasama Antarlembaga, Kementerian Pendidikan Tinggi dan Ristek, dalam pembukaan International Student Summit (ISS) di Kampus UGM, Kamis sore (13/11), di ruang Balai Senat UGM. Sebanyak 120 mahasiswa dari berbagai negara mengikuti pertemuan tahunan ke-3 mahasiswa internasional yang tengah belajar di Indonesia. Para mahasiswa ini berasal dari Kenya, Yaman, Kongo,Vietnam, Madagaskar, Afganistan, Pakistan, Myanmar, Bangladesh, Zimbabwe, Laos, Suriname, Mozambik, Cina, Mali, Burundi, Kostarika, Turki, Ukraina, Papua Nugini, Libya, Tunisia, Kamboja, Korea Selatan, Thailand, Filipina, Nikaragua, dan Azerbaijan.
Forum pertemuan mahasiswa asing ini, kata Purwanto, merupakan ajang saling memperkenalkan semua mahasiswa asing dari 30 perguruan tinggi di Indonesia yang tengah menempuh pendidikan S1, S2 dan S3. Di pertemuan kali ini mereka tidak hanya mendiskusikan masalah pendidikan tapi juga memperdalam pengetahuan mereka tekait bahasa, seni dan budaya Indonesia. “Di forum ini mereka diharuskan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia,” kata Purwanto.
Dengan terbiasa menggunakan bahasa Indonesia, kata Purwanto, mahasiswa asing ini nantinya setelah menyelesaikan pendidikannya bisa menjadi duta Indonesia di negara asalnya. “Selain membawa ilmu yang didapat, mereka membawa misi seni dan budaya Indonesia. Harapannya, Indonesia lebih dikenal,” katanya.
Lameck Maniji, Presiden ISS, mengakui bahwa pertemuan berlangsung selama 4 hari, di Yogyakarta ini para peserta diwajibkan berkomunikasi dengan menggunkan bahasa Indonesia. Meski diakui Maniji, tidak semua peserta fasih dan lancar berbahasa Indonesia. “Setiap gagasan yang ingin mereka sampaikan sebaiknya pakai bahasa Indonesia,” kata mahasiswa UGM asal Zimbabwe ini.
Beberapa tema yang akan dibahas dalam pertemuan ini, kata Maniji, mendiskusikan kiprah negara berkembang dalam memainkan peran dan kepemimpinan di era persaingan global, membahas isu masa depan dunia, dan mendikusikan peran mahasiswa internasional dalam internasionalisasi bahasa Indonesia.
Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni UGM Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., mengatakan dirinya menyambut terlaksannaya pertemuan mahasiswa asing di kampus UGM ini. Dalam dua hari kedepan, Rita, demikian ia akrab disapa, berharap para mahasiswa asing ini bisa menghasilkan beberapa rekomendasi terutama dalam mewujudkan perdamian dunia dan solusi permsalahan yang dihadapi negara-negara berkembang. “Permasalahan global itu hampir sama, yakni ketersediaan dan kemandirian pangan, air dan energi serta kesehatan,” katanya.
Rita mengatakan anak-anak muda di negara-negara berkembang harus lebih menyadari peran mereka bahwa masa depan bangsanya tidak bergantung pada negara maju. Bagi Rita, penting anak-anak muda untuk mempropagandakan nilai-nilai kemanusiaan dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia. “Generasi muda harus saling bergandengan tangan mengatasi masalah dunia ini,” terangnya.(Humas UGM/Gusti Grehenson)