
Lebih dari 100 pakar dari berbagai negara dunia rencananya akan hadir dalam the 6th International Graduate Students and Scholars’ Conference in Indonesia (IGSSCI) di kampus UGM. Dalam konferensi yang berlangsung selama dua hari, tanggal 19-20 Agustus di Sekolah Pascasarjana UGM ini diikuti peserta dari sejumlah negara di kawasan Eropa, Amerika, Australia, dan Asia.
“Konferensi akan dihadiri tidak kurang dari 100 akademisi dari berbagai disiplin ilmu yang berasal dari 12 negara di Eropa, Amerika, Asutralia, serta Asia,” ungkap Ketua Steering Committe IGSSCI, Syamsul Ma’arif, Ph.D., Selasa (18/11) saat jumpa pers dengan wartawan di Sekolah Pascasarjana UGM.
Syamsul mengatakan dalam konferensi nantinya para peserta akan mempresentasikan hasil penelitian terkait ilmu pengetahuan, agama, dan kearifan lokal. Mereka akan mempresentasikan makalah dalam 15 panel paralel, 3 sesi panel, dan 1 sesi panel spesial. Keseluruhan panel akan merefleksikan pendekatan sains, agama, dan kearifan lokal dalam merespon persoalan dalam berbagai tema seperti pertanian, ekonomi, politik, terorisme, korupsi, lingkungan, bencana, industri, teknologi, kemiskinan dan lainnya.
Dalam kegiatan itu nantinya akan menghadirkan sejumlah pembicara seperti Sudarmadji (UGM), Yunita T Winarto (UI), Noer Fauzi Rohman (IPB), Haidar Bagir (Globethics), dan Steven Dovers (ANU, Australia). Kemudian Lawrence Surendra (University of Mysore,India), M. Hosein Mohktari (Iran), Gerryu Van Klinken (Belanda, serta Rebakah Dako (Cornell University, USA).
Lebih lanjut disampaikan dosen prodi Agama dan Lintas Budaya Sekolah Pasacasarjana UGM ini, ilmu pengetahuan dan agama telah lama diklaim sebagai dua pendekatan yang paling otoritatif dan berpengaruh dalam menawarkan solusi terhadap masalah-masalah kemanusiaan. Dalam sejarah, keduanya saling berkompetisi dan mengklaim kebenaran untuk mereka sendiri.
“Sebenarnya banyak solusi yang ditawarkan sains dan agama untuk kemanusiaan, tetapi keduanya tidak diintegrasikan sehingga belum diperoleh konsep-konsep yang kontributif untuk solusi persoalan yang ada,” ujarnya.
Melalui kegiatan ini, lanjut dia, diharapkan kedua pendekatan tersebut dapat didiskusikan dan integrasikan sehingga menghasilkan konsep yang mampu memberikan kontribusi untuk penyelesaian permasalahan kemanusiaan. (Humas UGM/Ika)