BEM KM UGM siap mengawal kenaikan harga BBM yang telah dilakukan oleh pemerintah 18 November 2014 lalu. Kenaikan masing -masing sebesar Rp 2.000,00, sehingga harga premium naik dari Rp 6.500,00 menjadi Rp 8.500,00, dan harga solar dari Rp 5.500,00 menjadi Rp 7.500,00. Presiden BEM KM UGM, Adhitya Herwin Dwi Putra, mengatakan pemerintah harus lebih transparan dengan pengurangan subsidi BBM sebagai dasar kenaikan harga.
“Penelitian menunjukkan bahwa Indonesia tidak cukup transparan tentang komposisi harga BBM terhadap masyarakat seperti rincian pajak, margin harga, harga minyak mentah, dan sebagainya,” papar Adhitya, Sabtu (22/11).
Adhitya menambahkan dengan kenaikan harga BBM ini, kemungkinan besar ada pengalihan moda transportasi pribadi ke transportasi umum. Maka dari itu, kesiapan pemerintah dalam hal ini wajib mendapat sorotan. Catatan kekurangan yang menyangkut fasilitas, pelayanan, dan infrastruktur menjadi tuntutan utama.
Konsekuensi lainnya dari kebijakan ini adalah kenaikan harga kebutuhan pokok masyarakat. Bulog wajib menjaga kestabilan harga kebutuhan pokok agar tidak terlampau menambah beban masyarakat.
“Pemerintah juga wajib menindak tegas para spekulan harga yang seringkali membuat harga pasar menjadi tidak terkendali. Selain itu, pemerintah harus antisipatif terhadap kemungkinan angka inflasi,”imbuhnya.
Di sisi lain, pemerintah juga harus bersikap terhadap meningkatnya pola konsumsi masyarakat terhadap kendaraan. Pada tahun 2014 jumlah mobil yang ada di Indonesia yaitu 10,4 juta unit, padahal pada tahun 2003 hanya berjumlah 3 juta unit. Hal tersebut juga terjadi pada kendaraan motor yang mengalami peningkatan dari 17 juta unit pada 2002 menjadi 76 juta unit pada 2014.
“Peningkatan jumlah kendaraan tersebut salah satunya dipengaruhi oleh liberalisasi sektor otomotif dimana para pengusaha otomotif dapat lebih mudah membuka usaha dan mendistribusikan suku cadangnya. Permasalahannya, liberalisasi ini tidak didukung oleh penegakan regulasi sehingga berakibat pada tidak terkontrolnya konsumsi masyarakat akan kendaraan dan BBM,”kata Adhitya.
Melihat kondisi tersebut maka BEM KM UGM merilis Gerakan Sadar Energi. Gerakan ini merupakan gerakan yang bersifat reflektif guna mengingatkan beberapa hal, yaitu: kondisi pengolahan energi di Indonesia yang bermasalah, kondisi lingkungan yang memprihatinkan, serta kondisi sosiologis masyarakat yang sebagian masih kurang peduli dengan lingkungan dan negaranya.
Menurut Adhitya Gerakan Sadar Energi ini dilakukan dalam bentuk kampanye harian yang berkelanjutan setiap bulan 2 kali. Kegiatan tersebut antara lain berupa Gerakan Mobil 3 in 1 dan motor 2 in 1, Gerakan Hemat Listrik Kampus, Kampanye Sadar Energi Keliling Kampus dan Gerakan Bersepeda Kampus. (Humas UGM/Satria)