Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) melalui Kepala Biro Perniagaan Bappebti, Pantas Lumban Batu mengajak kalangan civitas akademika Fakultas Pertanian UGM untuk menjadikan Sistem Resi Gudang (SRG) sebagai salah satu objek penelitian guna mengembangkan dan menyempurnakan implementasi SRG di Indonesia, terutama untuk mahasiswa tingkat akhir. Ajakan ini disampaikan Pantas Lumban Batu di Auditorium Fakultas Pertanian UGM, Kamis (27/11) saat menjadi keynote speaker Sosialisasi SRG bertema “Sistem Resi Gudang sebagai Alternatif Pembiayaan bagi Petani dan Pelaku Usaha dalam Menggerakkan Perekonomian Daerah”.
Dikatakan Pantas Lumban Batu, SRG sesuai UU No. 9 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah dalam UU No. 9 Tahun 2011 merupakan salah satu instrumen yang dapat dimanfaatkan para petani, kelompok tani, gabungan kelompok tani, koperasi tani, maupun pelaku usaha (pedagang, prosesor, pabrikan) sebagai instrumen pembiayaan perdagangan. SRG dapat menyediakan akses kredit bagi dunia usaha dengan jaminan barang (komoditas) yang disimpan di gudang.
“SRG ini berbasis kerakyatan dan manfaatnya menyentuh masyarakat di level bawah. Salah satu masalah dalam sektor pertanian adalah masih panjangnya mata rantai tata niaga pertanian, sehingga menyebabkan petani tidak dapat menikmati harga yang lebih baik karena pedagang telah mengambil untung terlalu besar dari hasil penjualan. SRG merupakan sosialisasi untuk masalah tersebut,” paparnya.
Bekerjasama dengan Pemerintah Daerah sejak tahun 2009 sampai 2013, Bappebti telah berhasil membangun 98 gudang SRG di 78 kabupaten di 21 provinsi. Di tahun 2014, Bappebti bersama Pemerintah Daerah kembali melakukan pembangunan 19 gudang di 19 kabupaten.
“Gudang-gudang ini telah dilengkapi dengan mesin pengering, dryer. Ini merupakan komitmen pemerintah melalui Kementerian Perdagangan untuk membantu menghidupkan perekonomian daerah, mendorong tumbuhnya pelaku usaha di daerah, dan sebagai sarana pengendalian stok nasional yang lebih efisien”, ungkapnya.
Pantas Lumban Batu berpendapat sosialisasi SRG di kalangan akademisi sangat penting dilakukan, karena dari para akademisi ini secara tidak langsung bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dan pertanian. Dengan SRG diharapkan dapat mendorong stabilitas harga dengan memberikan kepastian, kualitas, dan kuantitas komoditas barang yang disimpan.
Selain itu, bisa mendapatkan harga yang lebih baik, yaitu dengan menunda waktu penjualan, mendapatkan pembiayaan bunga rendah dengan cara tepat yang lebih mudah, serta mendorong usaha secara berkelompok sehingga meningkatkan posisi tawar. Oleh karena itu, Bappebti meminta mahasiswa tingkat akhir saat melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) mau mensosialisasikan SRG pada masyarakat.
“Kami berharap agar mahasiswa dapat turun ke masyarakat melalui kegiatan KKN agar dapat memberikan pemahaman mengenai Sistem Resi Gudang”, katanya.
Pantas menambahkan, sejak diluncurkan Resi Gudang pada tahun 2008 hingga kini sudah dilakukan penerbitan di 47 kabupaten/kota. Sementara secara akumulatif hingga 24 November 2014, jumlah Resi gudang yang telah diterbitkan sebanyak 1.759 resi dengan total volume komoditas 70.968,05 (60.598,95 ton gabah, 5.295,47 ton beras, 4.628,15 ton jagung, 25,49 ton kopi dan420 ton rumput laut) dengan total senilai 358,28 milyar rupiah.
“Meski terus mengalami peningkatan, potensi volume hasil panen petani secara nasional masih cukup besar, sehingga volume komoditas yang disimpan dalam gudang SRG masih dapat ditingkatkan. Jika bisa dimanfaatkan secara optimal, SRG juga memiliki fungsi sebagai salah satu alat tolok ukur Pemerintah dalam memperhitungkan stok pangan nasional”, tambahnya. (Humas UGM/ Agung)