YOGYAKARTA – Universitas Gadjah Mada mendorong para penelitinya mempublikasikan karya penelitiannya di berbagai jurnal internasional yang terindeks Scopus baik dalam dan luar negeri. Seperti diketahui Scopus adalah layanan database terbesar di dunia yang mengindeks publikasi di jurnal. Salah satu kebijakan yang diambil oleh UGM dengan dengan menerbitkan jurnal-jurnal berskala internasional dan terindeks Scopus. “Saat ini UGM memiliki tiga jurnal internasional yang sudah terindeks Scopus, sementara ada 5 jurnal yang sedang di-review oleh scopus,” kata Guru Besar Fakultas Farmasi UGM, Prof. Agung Endro Nugroho, M.Si., Ph.D., jumat (28/11) usai mengikuti Scopus Workshop for Journal Editors dengan tema How to get your journals indexed in Scopus yang diselenggarakan Fakultas Farmasi.
Guru Besar termuda UGM ini menuturkan tiga jurnal milik UGM yang sudah terindeks Scopus adalah Indonesia Journal of Chemistry, Gadjah Mada International Journal of Business, dan Indonesian Journal of Geography. Sedangkan lima jurnal internasional yang tengah di-review oleh Scopus, dua diantaranya adalah Indonesia Journal of Pharmacy dan Indonesian Journal of Biotechnology. Selain itu, kata Agung, UGM juga mempersiapkan jurnal-jurnal untuk bisa terindeks Scopus dalam beberapa tahun mendatang. “Kita tengah mempersiapkan seminar dan konferensi internasional dimana prosidingnya di indeksasi oleh scopus,” ujarnya.
Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyrakat, Kerja Sama dan Alumni Fakultas farmasi UGM ini menambahkan, pertemuan 80 editor pengelola jurnal dari seluruh Indonesia yang berlangsung di Fakultas Farmasi UGM dimaksudkan mendorong makin banyak jurnal Indonesia bertaraf internasional yang diterbitkan. Soalnya, hingga saat ini jurnal internasional Indonesia yang terindeks oleh scopus hanya berjumlah 19 jurnal. Jumlah tersebut masih rendah dibandingkan dengan Malaysia yang jurnal internasional berjumlah di atas 40 jurnal. “Di Thailand jurnal internasional terindeks scopus lebih dari 30 jurnal,” imbuhnya.
Minimnya jurnal internasional Indonesia yang terindeks scopus menurut Agung bukan disebabkan rendahnya kualitas hasil penelitian, melainkan minimnya publikasi jurnal dalam bahasa inggris. Dia pun menyarankan pengelola jurnal juga lebih aktif dan selektif mempublikasikan karya-karya penelitian yang bisa terindeks oleh Scopus. “Kita pun mengajak para pengelola jurnal ini untuk mengindeks jurnalnya di scopus,” katanya.
Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UGM, Prof. Dr. Suratman, M.Sc., mengatakan kegiatan riset di lingkungan perguruan tinggi tidak sekedar untuk memenuhi kewajiban dosen melaksanakan kegiatan penelitian, namun sebaiknya mereka didorong untuk mempublikasi karyanya di jurnal internasional. “Riset bukan sekedar kepentingan penelitian tapi juga diarahkan untuk publikasi internasional,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)