Sektor pariwisata DIY berhasil memberi kontribusi besar terhadap pendapatan asli daerah (PAD). Selama tiga tahun terakhir, sektor ini mampu menaikan PAD secara signifikan. Dari 106 miliar di tahun 2010 menjadi 188 miliar di 2013. Tak hanya itu, sektor ini terus menunjukkan performa optimal dengan semakin meningkatnya jumlah wisatawan, jumlah atraksi, jumlah hotel dari tahun ke tahun.
“Secara kuantitatif capaian sektor pariwisata DIY tidak terlalu buruk, namun secara kualitatif masih harus dibenahi,” kata Gufron, staf Dinas Kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Bantul, Jum’at (5/12) dalam seminar serial kepariwisataan di Pusat Studi Pariwisata (Puspar) UGM.
Ia mencontohkan di Kabupaten Bantul saat ini terdapat 36 desa wisata. Secara kuantitatif hal tersebut cukup menggembirakan karena memiliki banyak obyek wisata yang bisa ditawarkan. Akan tetapi, dari keseluruhan obyek wisata yang ada, baru sebagian kecil yang siap memberikan pelayanan yang maksimal.
“Kebanyakan belum siap karena kelembagaan yang tidak jelas. Misalpun siap aspek pengelolaannya masih belum tertata baik sehingga belum mampu memberikan pelayanan dengan baik,” urainya.
Lebih lanjut Gufron menyampaikan bahwa sebagai sebuah sistem, mesin pariwisata DIY telah berjalan. Kendati begitu kinerjanya harus dipercepat dan perfoma setiap elemen dari mesin pariwisata DIY turut ditingkatkan. Seperti menjaga konsistensi konsep dengan implementasi jenis atraksi dari setiap obyek wisata yang disertai dengan pengelolan yang berkelanjutan.
Selain itu, aksesibilitas menuju obyek wisata juga patut mendapat perhatian serius. Pasalnya, kemacetan yang semakin parah dapat menurunkan citra pariwisata DIY yang akan berdampak pada menurunnya jumlah kunjungan wisata.
“Jumlah kendaraan terus naik, pada 2010 terdapat 1. 618.457 kendaraan dan naik menjadi 1.908.058 kendaraan, sementara ruas jalan tidak bertambah sehingga kemacetan semakin parah,” jelasnya.
Karenanya kedepan, kata dia, perlu dilakukan perbaikan serta penataan pengelolaan obyek wisata, infrastruktur, dan transportasi publik yang lebih baik. Dengan demikian parwisata DIY diharapkan bisa terus berkembang dan dapat bersaing dengan tujuan wisata lainnya.
“Hal ini mesti dilakukan jika masih ingin diperhitungkan dalam peta persaingan destinasi wisata. Apabila setiap unsur dari elemen sistem pariwisata DIY dibiarkan seperti sekarang bukan tidak mungkin tak lama lagi akan terjadi stagnansi perkembangan,” ujarnya.
Untuk itu Gufron menegaskan kembali perlu segera dilakukan pembenahan sektor pariwisata DIY agar Yogyakarta tetap dan semakin istimewa serta menjadi destinasi wisata yang selalu dirindukan untuk dikunjungi lagi. (Humas UGM/Ika)