Sakit adalah jeda dalam siklus hidup dan penyakit telah diderita manusia sejak manusia ada. Penyakit pada masyarakat lampau dipelajari dalam paleophatologi, yang bermanfaat untuk mengetahui evolusi penyakit, sejarah dan antikuitas penyakit serta distribusinya. Informasi dalam paleophatologi berguna untuk kedokteran. Sebaliknya, kedokteran memberi sumbangan diagnosis untuk paleophatologi. “Dengan demikian, keduanya memiliki peran timbal balik yang saling mendukung untuk kemajuan studi mengenai penyakit”, ujar Prof. drg. Etty Indriati, Ph.D saat pengucapan pidato pengukuhan sebagai Guru Besar Fakultas Kedokteran UGM tanggal 23 Agustus 2005 di Balai Senat UGM.
Dalam pidato berjudul “Siklus Hidup dan Keragaman Manusia Dalam Perspektif Antropologi Kedokteran”, Bu Etty lebih lanjut mengatakan bahwa biologi tulang merupakan dasar paleopathologi, karena yang diperiksa adalah keadaan biologis tulang yang menyimpang dari biologi skeletal normal. Tulang secara umum mempunyai 2 struktur: woven (jala) dan lemellar (berlapis-lapis). “Tulang woven lebih sederhana strukturnya, terdiri dari ostesit dan kanal, sedangkan tulang lamellar lebih kompleks, memiliki kanal haversi yang dikelilingi secara konsentris oleh lacunae dan canalliculi. Pada infeksi dan trauma yang menyembuh, banyak terdapat tulang woven,” tutur bu Etty.
Dewan Redaksi GMUP UGM ini mengemukakan, pada manusia prasejarah, penyakit infeksi yang paling sering terjadi adalah tuberkolosis, osteomyelitis, sifilis, dan leprosi. Osteomyelitis adalah inflamasi pada kavitas sumsum tulang, periosteum dan tulang. Penyebabnya adalah Stapylococcus aureus, pneumococcus, meningococcus, dan kadang-kadang Salmonella atau bacillus colon. Ciri khas osteomyelitis pyogenik adalah pembentukan cloacae untuk jalan keluar pus, dan terjadinya sequestrum (tulang yang mengalami necrosis) yang bila diikuti pembentukan tulang baru menjadi invoucrum.
Ditambahkan Ibu 2 putra kelahiran Surakarta, 14 November 1963 bahwa sifilis merupakan penyakit populasi prehistoris yang banyak sekali terjadi di abad XI tapi masi banyak dijumpai di negara berkembang saat ini. Penyebab sifilis adalah treponema pallidum, yang terdiri dari 4 jenis: bejel (sifilis) non-venereal), yaws, sifilis venereal, dan pinta. Yaws terjadi pada daerah rural, tropis dan lembab. Lesi berupa ulser yang mengenai kulit dan tulag, tetapi jarang meyerang sistem darah dan saraf. Kebanyakan terjadi pada masa kanak-kanak. Sindrom bejel mirip dengan yaws, terjadi ulser pada kulit dan tulang, tetapi kadang-kadang melibatkan sistem darah. Sifilis venereal terjadi hubungan sexual dan dapat ditularkan ibu kepada janin melalui plasenta. Pinta berupa bercak-bercak putih pada kulit, dan organ dalam tidak terkena, dan banyak insidennya di Mexico dan Ekuador. Pada sifilis kongenital, kelainan bentuk gigi terjadi, gigi seri berlekuk ujung gigitnya di tengah dan gigi geraham membulat disebut mulberry molar. (Humas UGM)