SEAG merupakan salah satu kerjasama alumni universitas di Jerman yang berada di wilayah Asia Tenggara. SEAG Alumni Networking merupakan singkatan dari South-East Asia Germany Alumni Networking. Kegiatan SEAG ini dipelopori oleh konsorium bersama tiga universitas di Republik Federal Jerman, Philipps-University Marburg, George-August University Goettingen dan Universty of Kassel. SEAG Alumni Networking ini secara financial didukung oleh German Academic Exchange Service (DAAD) dan Ministry for Economic Co-operation and Development (BMZ) Republik Federal Jerman. Demikian dikemukakan Dr. Ir. Wahyu Supartono selaku Koordinator OC Universitas Gadjah Mada (22/08/05).
Menurutnya, konsorium tiga universitas di Jerman ini diketuai oleh Prof. Dr. Michael Kirk (Institute for Co-operation ini Developping Countries, Philips-University Marburg) serta menjalin kerjasama dengan para alumni Jerman yang terutama berada di negara-negara Indonesia, Thailand, Kamboja, Filipina, serta Vietnam. Tema sentral kerjasama alumni ini adalah pada pemanfaatan dan pengembangan green technology dan higher educations development di setiap negara. Selanjutnya setiap tahu mereka melakukan pertemuan ilmia dalam bentuk symposium dan workshop di setiap negara anggotanya. Simposium pertama yang dilakukan adalah pada 18 September 2000 di Bogor Agricultural University (IPB) dengan tema “Sustainable Development ini context og Globalization and Locality: Challenges and Options for Networking in South East Asia”. Kemudian symposium berikutnya dilakukan di negara Filipina (2001), Vietnam (2002), Thailand (2003), Kamboja (2004) dan yang keenam di Indonesia (2005).
Pada symposium ke-6 ini dilaksanakan di Yogyakarta mulai tanggal 22 s/d 26 Agustus 2005 dengan tema,, (In-) Equity and Development: The Role of Science and Technology for Agriculture and Rural Development”. Organizing Committee di Indonesia untuk pertemuan ini dikoordinir oleh Ir. Syarifah Iis Aisyah (IPB sebagai SEAG-country coordinator) dan Dr. Ir. Wahyu Supartono (Fakultas Teknologi Pertanian UGM sebagai host coordinator). Simposium ini terlaksana atas kerjasama Universitas Gadjah Mada dengan SEAG-Indonesia.
Tanggal 22 Agustus 2005 simposium dilaksanakan di Ruag Multimedia-UGM ini akan dibuka oleh Bapak Menteri Pertanian Republik Indonesia, Dr. Anton Apriyantono, M.Sc. dan beliau akan memberikan sambutan pembukaan setelah sebelumnya para peserta akan mendengarkan welcoming speech dari Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Sofian Effendi. Setelah itu akan disampaikan keynote speeches oleh Prof. Dr. Sri Raharjo, M.Sc (Fakultas Tekonologi Pertanian UGM) dengan tema “The Role of Sciences and Technology and its mpact on Food Safety and Nation Competitiveness”, serta Prof. Dr. Nicole Goeler van Ravensburg (University Frankfurt).
Dalam thematic address akan disampaikan SEAG member’s activity on Aceh Recovery Pragramme: Microfinance organizations for Tsunami Survivor Livelihood Rehabilitation in Banda Aceh” oleh Dr. Jongkers Tampubolon. Ir. Syarifah Iis Aisyah M.Sc akan menyampikan tentang “Activities Report of SEAG-Indonesia” serta Prof. Dr. Michael Kirk tentang “Regional Alumni Network Programmes to Improve Cooperation: Lesson for our common future”.
Mulai tanggal 23 sampai 26 Agustus 2005 kegiatan workshop dilaksanakan di Jogjakarta Plaza Hotel, serta sudah dibagi, menjadi beberapa working group yaitu: (i) Integrating Science and Technology for Rural Socio-economic development; (ii) Current Development and in –equity on science and technology in: forestry, agro-forestry and conversations system, plant production, livestock production systems; (iii) Increasing capacity building towards nation competitiveness in the context of global policy.
Selanjutnya dilakukan pula pembahasan beberapa tema yang berhubungan dengan pengembangan jaringan kerjasama di masa mendatang. Tema-tema tersebut adalah: (i) Scientific excellence: project, partners, profesionalism; (ii) Organizational development and funding strategies; (iii) Human resources development/ personal career planning; (iv) Information technology and communication strategies.
Setelah dilakukan presentasi hasil working group dan evaluasi program kerja serta perencanaan program mendatang, para peserta diajak mengunjungi agriculture and culture village, Desa Candirejo serta Candi Borobudur. Hal ini ditujukan untuk memberikan wawasan pada semua peserta, bagaimana proses pengembangan pola pertanian serta budaya di masa mendatang khususnya yang telah dilakukan di Yogyakarta dan sekitarnya. (Humas UGM)