Kalau saat ini produksi bawang merah 8,76 ton/ha, hal itu dinilai lebih rendah dibanding skala penelitian yang semestinya mencapai 10 ton/ha. Selain gangguan hama, rendahnya produktivitas lebih disebabkan penyakit dan penggunaan benih yang kurang bermutu.
Gangguan hama dan penyakit dinilai menjadi kendala utama, baik yang terjadi di pertamanan maupun saat penyimpanan di gudang. Menurut Ir Sri Wiyatiningsih MP salah satu penyakit bawang merah terkini yang sering menyerang adalah penyakit moler. Penyakit ini disebabkan oleh Fusarium oxysporum f.sp.cepae (Hanz) Snyd & Hans, yang sering terdapat di pertanaman.
“Bahkan dari laporan para petani, penyakit ini telah menimbulkan kerusakan dan menurunkan hasil umbi lapis hingga 50%,†ungkap Sri Wiyatiningsih saat ujian terbuka program doktor di Sekolah Pascasarjana UGM belum lama ini.
Dalam desertasi “Kajian Epidemi Penyakit Moler Pada Bawang Merahâ€, promovenda yang juga dosen Fakultas Pertanian UPN ini menjelaskan penyakit moler banyak ditemukan di pertamanan bawang merah di daerah Nganjuk Jawa Timur yang memiliki tanah Vertisol. Hal itu berbeda dengan daerah Bantul Jogjakarta yang memiliki jenis tanah Regosol.
Penyakit tersebut, kata Sri Wiyatiningsih banyak ditemukan di lahan yang sepanjang musim ditanami bawang merah tanpa pergiliran tanaman. Beberapa kultivar bawang merah memiliki sifat ketahanan yang berbeda terhadap curahan air yang banyak dan kondisi lingkungan saat hujan, sehingga berpengaruh terhadap perkembangan penyakit moler pada kultivar tersebut.
“Penyakit moler banyak terjadi di pertanaman yang benihnya berupa umbi lapis yang berasal dari tanaman di lahan yang telah terdapat penyakit moler. Meski umbi lapis tersebut dipilih dari tanaman yang tidak menunjukkan gejala moler,†tambah perempuan kelahiran Jogjakarta 2 Oktober 1966 ini.
Jika pengendalian penyakit moler selama ini hanya dilakukan dengan mengumpulkan dan memusnahkan tanaman sakit, maka upaya pencegahan dan pengendalian lain perlu untuk mengkaji perkembangan penyakit moler pada berbagai kultivar dan hubungan populasi Fusarium oxysporum f.sp. cepae dengan perkembangan penyakit moler pada bawang merah di lahan yang berbeda jenis tanahnya.
“Disamping itu perlu melakukan pergiliran tanaman, dan memperhatikan cuaca serta mengkaji peran umbi benih sebagai sumber penular penyakit moler,†tandas Sri Wiyatiningsih yang dinyatakan lulus meraih gelar doktor Ilmu Fitopatologi UGM. (Humas UGM)