• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Pengukuhan Guru Besar
  • Sistem Silvikultur Tidak Tepat Hambat Rehabilitasi Hutan Mangrove

Sistem Silvikultur Tidak Tepat Hambat Rehabilitasi Hutan Mangrove

  • 31 Desember 2014, 13:52 WIB
  • Oleh: Ika
  • 7090
Sistem Silvikultur Tidak Tepat Hambat Rehabilitasi Hutan Mangrove

Indonesia merupakan negara yang memiliki ekosistem mangrove terluas di dunia. Dari 18 juta hektare luas mangrove di dunia, sekitar 4,25 juta hektar tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Kendati begitu, luasan hutan mangrove terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hingga tahun 2010 tercatat total luasan hutan mangrove menyusut menjadi 3,7 juta hektar akibat eksploitasi dan konversi lahan.

Upaya konservasi mangrove telah dilakukan melalui rehabilitasi atau penanaman mangrove kembali. Langkah rehabilitasi berhasil di lakukan di sejumlah kawasan, akan tetapi di sebagian lainnya mengalami kegagalan.

"Ketidakberhasilan penanaman sebagian besar disebabkan oleh sistem silvikultur yang kurang diterapkan dengan baik, mulai dari pemilihan lokasi,pembibitan, hingga pola penanaman dan pemeliharaan," jelas Prof. Dr. Erny Poedjirahajoe, M.P., saat menyampaikan pidato pengukuhan jabatan Guru Besar pada Fakultas Kehutanan, Rabu (31/12) di Balai Senat UGM.

Erny mengatakan bahwa selama ini dalam pemilihan lokasi penanaman sering mengabaikan persyaratan hidup mangrove. Hal ini disebabkan masyarakat pelestari mangrove belum sepenuhnya memahami habitat mangrove. Oleh sebab itu, ia menekankan pentingnya meningkatkan pemahaman masyarakat akan arti konservasi mangrove, terutama yang bermukim di sekitar mangrove.

Sementara dalam hal penanaman, masalah yang kerap muncul adalah pada penggunaan jarak tanam dan lebar jalur hijau. Jarak tanam mangrove menurutnya harus disesuaikan dengan kecepatan gelombang. Walapun mangrove hidup pada arus gelombang kecil, arus tersebut masih sangat berpengaruh terhadap kemampuan semai untuk bertahan dari kekuatan arus meskipun sudah diikat dengan ajir.

"Mestinya pada arus gelombang yang agak tinggi penanaman menggunakan jarak rapat 1x1 meter. Sebaliknya jika arus gelombang kecil, maka jarak tanam yang digunakan 2x1 meter," urai Erny yang fokus mendalami kajian Ekologi Hutan ini.

Lebih lanjut Erny menyampaikan pola penanaman mangrove secara ekologis sering kali menyalahi aturan. Hal ini terlihat  dari penanaman mangrove yang dilakukan di pematang-pematang tambak atau di tepi sungai. Dengan pola penanaman tersebut mangrove menjadi tidak berfungsi sebagai penghalau gelombang, penahan abrasi dan intrusi.

"Fungsi tersebut terjadi jika mangrove berupa hamparan luas yang menghadap ke arah laut," katanya.

Namun dengan pola penanaman yang tidak sesuai aturan semakin mempersulit untuk menumbuhkan kembali mangrove yang rusak. Karenanya Erny menegaskan dalam penanaman kembali mangrove seharusnya mengikuti kaidah-kaidah silvikultur yang telah ditetapkan melaui peraturan perundangan. Disamping itu, ia juga menyarankan untuk melakukan pengembangan ekowisata yang melibatkan masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove. Dengan demikian diharapkan upaya konservasi hutan mangrove dapat mencapai hasil optimal. (Humas UGM/Ika)

Berita Terkait

  • Upaya Rehabilitasi Mangrove di Pantai Utara Jawa Tengah

    Monday,14 August 2006 - 9:41
  • Mempertahankan Mangrove Jauh Lebih Baik

    Monday,28 January 2013 - 11:52
  • Untuk Produktivitas Hutan, Peran Silvikultur Penting dan Strategis

    Tuesday,11 August 2015 - 13:01
  • UGM Kembangkan Teknik Silvikultur untuk Perbaiki Degradasi Hutan Nasional

    Monday,24 November 2008 - 15:36
  • Indonesia Hadapi 14 Juta Hektare Lahan Kritis

    Friday,25 September 2020 - 10:50

Rilis Berita

  • Belajar dari Gempa Turki, Masyarakat Perlu Memiliki Rencana Evakuasi Mandiri 07 February 2023
    Bencana gempa bumi dengan magnitudo 7,8 melanda Turki dan Suriah pada hari Selasa (6/2) kemarin.
    Gusti
  • Aplikasi Layanan Ramah Disabilitas Buatan Mahasiswa Difabel UGM Raih Perak di IPITEX Bangkok 07 February 2023
    Aplikasi layanan ramah disabilitas buatan mahasiswa penyandang disabilitas daksa dari Departemen
    Ika
  • SPs UGM Lakukan Pengabdian di KHDTK Getas Blora 07 February 2023
    Sekolah Pascasarjana UGM (SPs) mengadakan serangkaian kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Belu
    Agung
  • Cegah Diabetes Pada Anak Dengan Membatasi Makanan Manis dan Lakukan Aktivitas Fisik 06 February 2023
    Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat kasus diabetes pada anak meningkat signifikan pada t
    Ika
  • Tim Peneliti UGM Lakukan Riset Inverter Statik Kereta Api 06 February 2023
    Tim peneliti dari Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik Univers
    Gusti

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual