Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah berjalan lebih dari satu tahun. Kendati begitu, masih banyak tantangan dalam penyelenggaraan program penjaminan kesehatan universal ini. Banyak kendala dirasakan oleh berbagai pihak baik penyelenggara seperti BPJS, rumah sakit, tenaga kesehatan, bahkan masyarakat sebagai objek JKN.
Guru Besar Fakultas Kedokteran UGM, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D., menyebutkan selama satu tahun berjalan, pelaksanaan program JKN masih banyak menemukan tantangan di berbagai lini mulai dari penyelenggara hingga penerima layanan. Karenanya berbagai terobosan sangat dibutuhkan untuk menjawab berbagai persoalan seputar JKN. Salah satunya dengan melakukan riset berbasis bukti (evidence) yang diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam pembuatan kebijakan nantinya.
“Riset tentang JKN masih terbatas, belum terlalu bisa menjawab berbagai persoalan yang sedemikian banyaknya. Untuk itu dibutuhkan banyak penelitian berbasis bukti yang salah satunya bisa dilakukan oleh kalangan kampus,” katanya, Selasa (20/1) di sela-sela acara kick off penguatan kapasitas asuransi dan pembiyaan kesehatan Pusat Kebijakan dan Pembiayaan Manajemen Asuransi Kesehatan (KPMAK) FK UGM di kampus setempat .
Melihat kondisi tersebut, Fakultas Kedokteran UGM dalam hal ini Pusat KPMAK berupaya memperkuat kapasitas dalam hal asuransi dan pembiayaan kesehatan guna mendukung program JKN. Bersama dengan VU University Amsterdam, Erasmus Unievrsity Rotterdam dan Amsterdam Institut for Global Helath and Development selain memperkuat riset, juga berupaya melakukan perbaikan kurikulum dan proses pembelajaran di kampus, penguatan komunitas profesional terkait dan masyarakat, penguatan sumber daya manusia, serta penguatan publikasi ilmiah tentang asuransi dan pembiayaan. Riset dilakukan selama empat tahun dan dibiayai oleh Nuffic Belanda dengan anggaran riset sekitar Rp 20 Miliar.
Mantan Menteri Kesehatan RI ini mengatakan banyak persoalan JKN yang belum tersentuh seperti efektivitas kelembagaan BPJS, persoalan pembayaran, COB BPJS dan masih banyak lainnya. Karenanya pihaknya juga mendorong berbagai kalangan untuk turut serta melakukan riset yang tentunya berbasis bukti untuk menemukan solusi permasalahan yang ada.
“Berbicara permasalahan JKN seperti masuk ke hutan belantara. Ini saja masih bicara tentang akses JKN belum masuk pada persoalan mutu sehingga masih banyak riset yang harus dilakukan,” tandasnya.
Prof. Eddy K.A. Van Doorslaer, pakar kesehatan masyarakat VU University Amsterdam mengungkapkan bahwa selain memperkuat riset dalam kerjasama ini juga disediakan beasiswa untuk mahasiswa program pascasarjana. Pemberian beasiswa tersebut ditujukan untuk meningkatkan jumlah master dan doktor dalam bidang asuransi dan pembiayaan. Disamping itu juga akan diselenggarakan berbagai kursus maupun pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan para profesional bidang kesehatan.
“Hasil dari penelitian yang dilakukan harapannya kedepan bisa diterapkan dan memberikan dampak positif dalam implementasi asuransi kesehatan di Indonesia,” terangnya.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahsiswaan, Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc., Ph.D, menyambut positif pelaksanaan kerjasama tersebut. Melalui kerjasama yang dilakukan diharapkan dapat menciptakan berbagai pengetahuan baru tentang sistem asuransi dan pembiyaan kesehatan. Sehingga nantinya pengetahuan yang dapat digunakan untuk mendukung implementasi program JKN. (Humas UGM/Ika)