Jangan pernah sepelekan jika terdapat bercak-bercak putih pada permukaan kulit Anda. Pasalnya bisa jadi itu adalah tanda awal dari penyakit kusta. Penyakit ini tidak hanya akan merusak kulit, tetapi juga mengakibatkan kelumpuhan syaraf bagi penderitanya apabila tidak segera dilakukan pengobatan secara teratur.
Pakar kesehatan kulit Fakultas Kedokteran UGM, Prof. Hardyanto Soebono, Sp.KK (K), mengatakan gejala yang cenderung ringan ini kerap kali diabaikan oleh penderita. Tidak sedikit penderita yang datang ke rumah sakit datang dalam kondisi parah dengan bercak yang sudah menyebar di banyak bagian tubuh. “Kebanyakan datang sudah terlambat, mengalami kecacatan maupun kelumpuhan syaraf. Mereka tidak tahu kalau kena lepra, dikira hanya kurap atau panu saja,” jelasnya, Senin (26/1) saat ditemui di ruang kerjanya di Fakultas Kedokteran UGM.
Kusta atau lepra merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae. Menyerang berbagai bagian tubuh manusia diantaranya syaraf dan kulit yang berakibat kerusakan kulit dan syaraf penderitanya. Bahkan pada tahap tertentu, kusta dapat mengakibatkan kelumpuhan syaraf.
Pada tahap awal kusta ditandai dengan timbulnya kelainan warna kulit, bisa berubah menjadi lebih terang atau bercak putih, kulit menjadi lebih gelap, dan kemerahan pada kulit. Kemudian pada tahap selanjutnya terjadi perubahan bentuk kulit berupa penonjolan kulit. “Gejala lainnya kulit menjadi mati rasa sehingga penderita mudah sekali terkena luka karena tidak muncul rasa sakit ketika terluka,”ujarnya.
Hardyanto mengatakan kusta dapat disembuhkan dengan pemberian antibiotik khusus secara teratur. Adapun pengobatan dilakukan dalam dua bentuk yakni untuk tipe kusta kering dengan pemberian dua macam antibiotik selama enam bulan, sedangkan untuk tipe kusta basah dengan memberikan tiga antibiotik selama satu tahun. “Kusta bisa disembuhkan dengan pengobatan teratur, bahkan tidak meninggalkan bekas. Kasus pada beberapa pasien sulit sembuh karena tidak teratur berobatnya,” tuturnya.
Padahal, lanjut Hardyanto, paket pengobatan penderita lepra ini diberikan secara gratis bagi masyarakat. Pengobatan bisa dilakukan di rumah sakit atau puskesmas tertentu yang ditunjuk untuk penanganan lepra. “Stigma negatif masyarakat menjadi salah satu faktor yang menjadikan penderita malu dan enggan untuk datang berobat rumah sakit,” katanya.
Kusta dapat menular melalui kontak kulit dengan penderita dan percikan batuk atau bersin penderita. Kendati begitu penyakit ini sulit menular jika sudah mendapatkan pengobatan. “Karenanya penderita kusta tidak perlu diisolasi tetapi diberikan dukungan untuk sembuh,” jelasnya sehubungan peringatan hari kusta sedunia yang jatuh pada tanggal 25 Januari.
Penyakit kusta banyak menyerang negara beriklim tropis termasuk Indonesia. Bahkan Indonesia menempati posisi sebagai negara dengan penderita kusta terbanyak ketiga dunia dibawah India dan Brazil. Hingga kini, jumlah penderita kusta di Indonesia masih cenderung tinggi dan masih menjadi momok masyarakat di sejumlah daerah.
Data Kementrian Kesehatan tahun 2012 menunjukkan bahwa masih ada 14 provinsi di Indonesia yang belum berhasil melakukan eliminasi kusta karena masih banyaknya kasus kusta baru yang bermunculan. Secara keseluruhan terdapat 18.994 kasus kusta baru dengan prevalensi sebesar 7,76 per 100 ribu penduduk. Sementara angka kecacatan tingkat dua pada 2012 mencapai 2.131 orang atau sebesar 0,87 per 100 ribu penduduk. Keempat belas provinsi tersebut adalah Nanggroe Aceh Darussalam, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Maluku, Maluku Utara, Gorontalo, Papua, dan Papua Barat. “Sebenarnya eliminasi secara nasional sudah tercapai di 2003 lalu, tetapi dilihat per daerah masih banyak yang belum eliminasi,” terangnya.
Di Jawa Timur, misalnya, jumlah kasus kusta baru pada tahun 2012 cukup tinggi mencapai angka 4.807 orang. Banyaknya penderita kusta di daerah tersebut, kata Hardyanto, dikarenakan pola hidup masyarakat yang kurang memperhatikan sanitasi atau kesehatan lingkungan. “Di daerah Lamongan, Tuban, dan Gresik masyarakatnya masih ada yang mandi di sungai secara bersama-sama, padahal airnya tidak bersih,” ujarnya.
Lebih lanjut disampaikan Hardyanto, untuk 20 provinsi Indonesia lainnya telah berhasil melakukan eliminasi kusta. Salah satunya adalah provinsi DIY yang memiliki jumlah kasus tergolong rendah yakni 0,4 per 10 ribu penduduk. Ia mencontohkan dalam rentang tahun 2014di RSUP Dr. Sardjito setiap bulannya hanya menerima lima pasien kusta baru. Itu pun sebagain besar merupakan pasien rujukan dari luar daerah seperti Klaten, Purworejo, dan Magelang.
Upaya untuk melakukan eliminasi kusta dikatakan Hardyanto perlu dukungan dari berbagai pihak. Langkah percepatan eliminasi kusta dapat ditempuh dengan peningkatan deteksi dini, eliminasi stigma di masyarakat, sosialiasi hidup sehat serta survei daerah endemik. “Daerah endemik perlu disurvei setahun sekali, misal di SD karena infeksi dimulai dari anak-anak,” tandasnya. (Humas UGM/Ika)