![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/2901151422498954694014008-825x503.jpg)
Kepala Badan Litbang Kementrian ESDM, Ir.Fx.Sutijastoto., M.A., yang diwakili oleh Dr. Verina Wargadalam menyampaikan bahwa hingga saat ini penggunaan energi masyarakat Indonesia masih bertumpu pada minyak bumi. Sementara itu pasokan minyak bumi di Indonesia kian menipis dan diperkirakan hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan hingga tahun 2025. Apabila kondisi tersebut terus dibiarkan tanpa adanya inovasi untuk menciptakan energi terbarukan, dikhawatirkan Indonesia akan mengalami krisis energi.
Ketersediaan energi secara berkelanjutan, kata dia, sangat penting untuk mendukung dan menggerakkan roda pembangunan nasional. Selain itu juga mempengaruhi upaya pencapaian MDGs Indonesia.
“Energi mempengaruhi pencapaian 17 target MDGs baik secara langsung ataupun tidak langsung,” jelasnya, Rabu(28/1) dalam seminar nasional “Potensi Energi Terbarukan dalam Agenda Sustainable Development Goal’s” di Fakultas Geografi UGM.
Misalnya, dalam upaya menurunkan angka kematian pada anak, ketersediaan energi secara tidak langsung mendukung pencapaian upaya tersebut. Ia mencontohkan energi dibutuhkan untuk mendukung fasilitas layanan kesehatan seperti menghidupkan lemari pendingin tempat menyimpan vaksin untuk imunisasi anak.
Namun, di sejumlah daerah terpencil Indonesia masih belum teraliri listrik yang berdampak minimnya operasional fasilitas layanan kesehatan di wilayah tersebut. Karenanya ia menegaskan pentingnya peningkatan akses energi ke berbagai daerah terpencil untuk mendukung pencapaian MDGs.
Sementara terkait pencapaian MGDs Indonesia, Herry Seldadyo, UNDP menyampaikan pencapaian target MGDS Indonesia baru mencapai angka 20,3 persen di tahun 2013. Pencapaian tersebut dalam hal penurunan angka kemiskinan, peningkatan rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki, penurunan jumlah kasus baru TBC, peningkatan penggunaan telepon selular, peningkatan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. “Kendati berhasil menurunkan angka kemiskinan, tetapi masih banyak penduduk yang tinggal dibawah garis kemiskinan nasional,”jelasnya.
Lebih lanjut dikatakan Herry, selain belum dapat mengentaskan kemiskinan secara menyeluruh, Indonesia juga berlum berhasil mencapai target untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak dibawah usia 5 tahun, serta angka kematian ibu melahirkan. Hal serupa juga terjadi dalam upaya memerangi HIV/AIDS, penurunan emisi karbon, dan penggunaan komputer dan akses internet. “Target yang belum tercapai tetap akan dilanjutkan pemerintah setelah 2015 dalam agenda SDGs,” katanya.
Sementara Dr. Deendarlianto, S.T., M.Eng, Kepala Pusat Studi Energi UGM dalam kesempatan itu menyampaikan bahwa pengembangan ekonomi daerah berbasis energi terbarukan dalam kerangka negara maritim perlu dilakukan. Adapun pengembangan energi terbarukan dimulai dengan riset dasar dan pengembangan riset berorientasi industri pada skala nasional. “Pengembangan energi terbarukan harus didukung oleh segenap pemangku kepentingan negara,” tegasnya.
Terkait pengelolaan energi di Indonesia, ia mendorong pemerintah untuk memperbesar peranan BUMN maupun BUMD. Selain itu Tak hanya itu, Deendarlianto juga menegaskan pentingnya mengkaji kembali rantai manajemen suplai sumber energi terbarukan berbasis negara maritim. Hal tersebut harus dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan energi nasional dalam rangka menentukan skala prioritas pengembangan infrastruktur energi. (Humas UGM/Ika)