JAKARTA – Presiden Joko widodo diminta menarik pembelanjaran penting dari kegaduhan politik yang terjadi belakangan ini. Presiden dengan kapasitas politik yang memadai diharapkan dapat merangkul kembali berbagai kelompok kepentingan, serta perlu lebih hati-hati lagi dalam mengangkat pimpinan kepolisian atau lembaga penegakan hukum di masa mendatang.
Demikian yang mengemuka dalam diskusi bulanan PP Kagama, “Meretas Kegaduhan Politik”, Sabtu (21/2) 15 di Solaria kafe, FX Senayan, Jakarta. Diskusi menghadirkan peneliti Senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Mochtar Pabottinggi, Pemimpin Redaksi Harian Kompas Budiman Tanuredjo, Direktur LP3Y Ashadi Siregar dan pengamat politik Yudi Latif, Ph.D, dipandu oleh Banu Astono.
Mochtar mengatakan Presiden perlu menarik pembelajaran dari kegaduhan politik yang terjadi dalam satu bulan terakhir. Oleh karena itu, dalam pemilihan para pimpinan calon penegak hukum, kata Mochtar, kompetensi calon tentu tetap di perlukan, namun integritas calon jauh lebih diutamakan, “Hal itu tidak bisa ditawar atau dikompromikan,” katanya.
Menurutnya, Presiden di masa mendatang lebih bersikap sebagai negarawan, bukan lagi sebagai politisi dalam mengambil prakarsa menyelamatkan institusi Polri dari oknum petinggi yang menggunakan kewenangan melakukan penegakkan hukum yang mengganggu rasa keadilan publik.
Hal senada disampaikan Budiman yang menilai kegaduhan politik yang terjadi belakangan ini tidak lepas dari persoalan di tingkat elit. “Situasi ini mengancam modalitas politik pemerintah yang sebenarnya sudah relatif baik dibangun pada awalnya,” katanya.
Menurutnya konsolidasi antar elit sebenarnya sangat diperlukan untuk menyelesaikan agenda bangsa. Meski ketegangan dalam persaingan adalah sesuatu yang niscaya dalam kompetisi politik, tujuannya tidak lain untuk mencari konsensus dari negosiasi antar kelompok. “Sayangnya, krisis politik saat ini menguak betapa ketegangan yang ada tidak memiliki arah yang jelas. Ketegangan hanya mempertegas bahwa kita lebih banyak memiliki politisi daripada negarawan,” imbuhnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)