![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/23021514246748651900595768-765x510.jpg)
Pemerintah Jepang melalui Asosiasi Institut Teknologi Jepang memberikan beasiswa kepada lulusan sekolah vokasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 terapan. Program beasiswa bernama Monbukagakusho ini membebaskan mahasiswa dari biaya pendidikan dan memberikan tambahan biaya hidup selama menjalankan studi.
Wakil Direktur Asosiasi Institut Tekonologi se-Jepang, Prof. Matsumoto Tsutomu Ph.D., mengungkapkan para mahasiswa penerima beasiswa diberi kesempatan untuk berkuliah di salah satu sekolah vokasi dari total 51 sekolah vokasi yang ada di Jepang. Nantinya mereka tidak hanya akan dibebaskan dari biaya pendidikan, akan tetapi juga memperoleh biaya hidup sebesar 117 ribu yen atau setara Rp. 12 juta per bulan. Selain itu juga masih ditambah dengan asuransi dan tiket pesawat pulang pergi serta disediakan asrama untuk tinggal selama kuliah. ”Untuk Indonesia sendiri kita sediakan sekitar 10 kuota penerima beasiswa,” jelasnya jelasnya saat sosialisasi Beasiswa Monbukagakusho di Sekolah Vokasi UGM, Senin (23/2).
Untuk bisa mendapatkan beasiswa ini, kata dia, mahasiswa diwajibkan mengikuti seleksi dengan syarat IPK minimal 3,00 dan memiliki kemampuan Bahasa Jepang dan Inggris. Selain itu juga mengantongi mengantongi prestasi baik bidang akademik maupun non akademik. “Mereka yang bisa mendaftar adalah yang lahir antara tahun 1994 sampai 1999“jelasnya
Sementara itu Wakil Direktur Bidang Akademik dan Kemahasiswaan SV UGM, Dr. Wikan Sakarinto mengatakan bahwa pihaknya dipercaya sebagai pelaksana dalam proses seleksi penerima beasiswa Monbukagakusho. Program beasiswa ini baru akan dimulai pada Februari 2016 mendatang. Kendati begitu pendaftaran sudah dibuka pada Juni tahun ini. “Untuk mendapatkan beasiswa tersebut para pendaftar juga harus mendapatkan rekomendasi dari Sekolah Vokasi UGM. Itu hal yang utama,” tandasnya.
Wikan menambahkan disamping melakukan kerjasama pengembangan program beasiswa studi lanjut ke jenjang S1 terapan, Sekolah Vokasi UGM dan Jepang secara intensif melakukan sejumlah program pertukaran mahasiswa dan dosen, serta magang kerja. Hingga kini setidaknya terdapat sekitar 20 mahasiswa sekolah vokasi yang melaksanakan program magang di Jepang.
Guna meningkatkan kualitas sekolah vokasi maupun meningkatkan minat mahasiswa untuk studi lanjut, Wikan menyampaikan bahwa saat ini SV UGM juga mengembangkan kerjasama dengan sejumlah negara. Apabila selama ini kerjasama sudah dilakukan dengan Jepang, Cina, Korea Selatan, Italia dan Jerman, maka rencananya tahun depan Sekolah Vokasi UGM akan menjajaki kerjasama dengan pemerintah Belanda.”Sekarang ini sudah ada sekitar 100 mahasiswa sekolah vokasi yang dikirim ke luar negeri baik untuk magang, studi lanjut, ataupun mengikuti konferensi internasional,” jelasnya.
Mahasiswa Vokasi Tak Sampai 15 Persen
Dalam kesempatan itu Wikan turut menyorot masih minimnya jumlah mahasiswa vokasi di Indonesia. Bahkan belum mencapai angka 15 persen sejak digulirkannya kebijakan moratorium pendidikan vokasi oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan selama beberapa tahun terakhir. “Jumlah mahasiswa vokasi masih sangat minim dibandingkan S1 dari total jumlah mahasiswa di Indonesia. Karenanya Kemendikbud mentargetkan menambah jumlah mahasiswa vokasi hingga 30 persen,” papar Sekjen Forum Komunikasi (Forkom) Sekolah Vokasi se-Indonesia ini.
Untuk mendukung program kemendikbud tersebut, Forkom Sekolag Vokasi se-Indonesia akan melakukan rapat kerja pada 16 Maret mendatang. Dalam pertemuan tersebut akan dibahas berbagai upaya dalam pengembangan pendidikan vokasi di Indonesia seperti akreditasi, penerimaan mahasiswa baru dan peningkatan kualitas pendidikan serta pengembangan kerja sama internasional yang lebih intensif dengan sejumlah negara dengan keunggulan di bidang pendidikan vokasi. Melalui sejumlah langkah tersebut diharapkan pengembangan pendidikan berjalan lebih optimal. (Humas UGM/Ika)