Lima mahasiswa UGM mengikuti program kegiatan Forum Pemuda Asia, Make A Difference (MaD) Forum di Hongkong, 30 Januari – 1 Februari 2015. Mereka adalah Eka Cahyaningrum (Fakultas Biologi 2011), Didit Setyo Pamuji (Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika 2011), Hibran Sabila Maksum (Fakultas Teknik Jurusan Teknik Mesin 2012), Ayu Ashari Achmad (Fakultas Pertanian 2011), dan Clara (Fakultas Isipol 2011).
Forum ini merupakan acara kreatif yang bertujuan untuk menginspirasi dan memberdayakan para pemuda dari seluruh Asia untuk menjadi seorang yang positif, dan mampu mengubah keadaan ekonomi, sosial dan lingkungannya. Dalam program ini, pemuda yang aktif dalam memberikan kontribusi terhadap isu-isu sosial (baik formal maupun informal) bersama-sama bergabung dalam sebuah konferensi dan workshop internasional di mana mereka dapat saling bertukar budaya, pemikiran, dan pengalaman.
“Program ini mengundang sekitar 1.300 pemuda-pemudi se-Asia, seperti Jepang, India, Indonesia, Singapura, Korea dan Kamboja,” papar Eka Cahyaningrum, Rabu (25/2).
Ia menambahkan tahun ini tema yang diangkat adalah “Village Reimagined; Emergent Realities on a Different Grid”. Peserta dari Indonesia menurut Eka paling banyak terpilih dalam program tersebut karena social project yang dilakukan oleh pemuda di Indonesia cukup menarik. Indonesia mendapat kesempatan untuk mengirim 20 delegasi dari berbagai universitas di Indonesia untuk menghadiri forum tersebut.
“Dari UGM berkesempatan mengirim 5 delegasi dari berbagai fakultas, yaitu Fakultas Biologi, Fakultas Teknik, Fakultas ISIPOL, dan Fakultas Pertanian,” imbuhnya.
Sementara itu Didit Setyo Pamuji mengatakan beberapa rangkaian acara MaD 2015, yaitu Explore Alternative in Everyday Life, Trip to wetland in Nam Sang Wai dan The Trail: Island is Where we Meet. Selain aktivitas di atas, ada aktivitas lain yang dapat bebas diikuti yaitu Free Market dan Ripple Forum. Free market , yaitu sebuah tempat pertukaran sehingga tiap peserta dapat bertukar pengalaman, cerita, atau bahkan barang dengan berbagai hal yang ditawarkan peserta lainnya.
“Delegasi Indonesia membuka stand dan memperkenalkan kain tenun, batik, dan makanan khas Indonesia seperti ampyang, amplang dan bakpia. Ini menarik perhatian delegasi dari negara lain,” tambah Didit. (Humas UGM/Satria)