![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2015/03/06031514256315991376432504-717x510.jpg)
Sejak diberlakukannya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada tahun 2014 lalu, puskesmas menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat di tingkat primer. Guna memperkuat pelayanan kesehatan sektor primer tersebut, Kementrian Kesehatan terus berupaya meningkatkan infrastruktur puskesmas sehingga bisa menjadi garda depan pelayanan kesehatan masyarakat.
Staf Khusus Menteri Bidang Peningkatan Kemitraan dan Pelayanan Kesehatan Primer Kementrian Kesehatan, Diah Satyani Saminarsih, M.S.c., menyebutkan Indonesia memiliki setidaknya 9.731 puskesmas yang tersebar di seluruh penjuru nusantara. Dari total jumlah tersebut 9.488 puskesmas sudah dilengkapi dengan fasilitas, dan peralatan kesehatan yang memadahi serta memiliki tenaga medis sehingga siap untuk melayani masyarakat tanpa harus memberikan rujukan ke rumah sakit besar.
“Sebanyak 6.751 puskesmas dalam kondisi baik, 2.098 rusak ringan, dan 639 rusak sedang sehingga siap untuk memberikan layanan kesehatan untuk masyarakat,” ungkapnya, Jumat (6/3) disela-sela kegiatan Annual Scientifict Meeting (ASM) 2015 yang digelar Fakultas Kedoteran UGM.
Sementara 243 puskesmas lainnya belum mampu melayani masyarakat karena dalam kondisi rusak berat. Selain masih terdapat puskesmas yang tidak memiliki fasilitas memadahi dan mengalami kerusakan fisik, keterbatasan tenaga kesehatan juga masih ditemui di banyak daerah. Hingga kini, ada 900 puskesmas (10 persen) yang tidak mempunyai tenaga kesehatan.
“Ini menjadi tantangan kedepan, masih perlu perbaikan infrastruktur dan penambahan tenaga medis dalam upaya pemenuhan layanan kesehatan primer,” tutur Diah.
Diah menuturkan Kementrian Kesehatan tengah menggiatkan program Nusantara Sehat yaitu dengan mulai membangun kesehatan dari layanan kesehatan primer di wilayah terpencil, perbatasan, dan kepulauan. Sekitar 960 tenaga kesehatan akan dikirim ke 120 puskesmas yang ada di 44 kabupaten/kota di wilayah tersebut. Para tenaga kesehatan ditempatkan sebagai suatu tim yang bekerja untuk mendukung dan meningkatkan kualitas dan memperkuat kapasitas layanan kesehatan di puskesmas di daerah tertinggal.
“Program ini akan berlanjut sampai 2019. Tiap tahunnya akan kita kirim tenaga kesehatan dalam jumlah yang lebih besar untuk ditempatkan di lebih banyak puskesmas,” jelasnya.
Sementara itu, sebelumnya dalam seminar nasional ASM 2015 Ketua Kelangsungan Hidup Anak dan Pengembangan Cluster, Dr. Robin Nandy, MBBS,MPH., menyampaikan bahwa Indonesia telah menunjukan progres secara substansial dalam pencapaian target MDG. Indonesia mampu menekan angka kematian anak di bawah usia 5 tahun dari 97 kematian per 1.000 kelahiran di tahun 1991 menjadi 40 kematian per 1.000 kelahiran di tahun 2012.
Menurutnya pencapaian tersebut merupakan kemajuan besar mengingat pada dekade sebelumnya angka kematian anak tidak menunjukkan penurunan signifikan, bahkan dalam kondisi stagnan. Misalnya angka kematian bayi baru lahir berada dalam kisaran 19 kematian per 1.000 kelahiran sejak yahun 2003. Demikian halnya dengan tingkat kematian ibu melahirkan yang semakin memburuk. (Humas UGM/Ika)