Wayang kulit memiliki variasi kode tutur khas yang tidak dimiliki seni lain. Setiap kode tutur memiliki ciri, fungsi, dan saat muncul secara khusus, dan teratur sesuai alur cerita. Antarkode tutur dan komponen non tutur memiliki hubungan yang erat dan saling terikat dalam satu kesatuan tuturan dengan fungsi membentuk wacana pertunjukan yang menarik, selaras dan indah.
Demikian dikemukakan Dra. Endang Nurhayati, M.Hum saat menempuh Ujian Terbuka Promosi Doktor dalam bidang Ilmu Budaya (Linguistik) pada hari Kamis, 15 September 2005 di Ruang Pascasarjana UGM.
Dalam disertasi berjudul “Kode Tutur Dalam Wayang Kulit”, bu Endang mengungkapkan penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan: (i) jenis kode tutur yang digunakan di dalam wayang kulit, ciri, fungsi dan saat pemakaian masing-masing kode tutur, (ii) hubungan fungsi jenis kode tutur dengan komponen/unsur pakeliran jenis tuturan dan non tuturan, (iii) kriteria penilaian masyarakat tentang penggunaan kode tutur dalang profesional.
Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah Fakultas Bahasa dan Seni UNY ini mengatakan, secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai variasi kode tutur dan pemakaiannya di dalam pertunjukan wayang kulit. “Selain itu akan dapat lebih dipahami bagaimana kode-kode tutur ditata menjadi bahasa yang menarik di dalam pertunjukan wayang kulit,” ujar bu Endang.
Sedangkan secara praktis, promovendus kelahiran Bantul, 31 Desember 1957 ini berharap penelitian ini dapat mendeskripsikan tentang nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, klasifikasi tingkat tutur yang digunakan, kata-kata arkhais yang digunakan, watak tokoh berdasarkan prototype wanda ‘wajah’, warna cat atau sungging, perawakan, dan warna suara tokoh, pergeseran nilai dan gaya pertunjukan wayang kulit pada saat ini.
Lebih lanjut promovendus ke-657 dengan predikat Sangat Memuaskan ini juga menyarankan perlunya diperhatikan secara cermat pola pergeseran nilai dan model pertunjukan wayang kulit sebagai langkah awal kajian, sebagai bahan pembanding teori yang telah terdokumentasi cantik pada pandangan masyarakat Jawa tentang wayang purwa. (Humas UGM)