UGM memberikan perhatian serius terhadap pengelolaan sungai khususnya di Yogyakarta. Salah satu bentuknya, yaitu dengan menginisiasi dan mendorong peran serta komunitas pemerhati sungai. Menurut Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UGM, Prof. Dr. Suratman, Indonesia kaya dengan sumber daya air namun sering mengalami banyak persoalan justru karena air.
“Ya karena kita tidak siap atau salah mengelolanya. Air lebih kita kebanjiran atau bahkan longsor. Air kurang kita pun kekeringan,” papar Suratman pada acara Pemantapan Forum Penggiat Gerakan Restorasi Sungai di Fakultas Geografi UGM, Senin (9/3).
Suratman menambahkan keberadaan sungai dan air merupakan sumber kehidupan. Untuk itu diperlukan pemeliharaan dan pengelolaan secara serius. Selain pemerintah, komunitas-komunitas penggiat sungai memiliki peran yang cukup strategis untuk memberdayakan masyarakat yang hidup di sekitarnya.
“Kita mulai dengan memberdayakan yang kumuh dulu. Ujung-ujungnya kita ingin ciptakan ekonomi kreatif masyarakat sekitar sungai, baik melalui UMKM ataupun pariwisata,” imbuhnya.
Senada dengan itu Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak, Agus Suprapto Kusmulyono mengatakan sungai-sungai di Yogyakarta, seperti Code, Code, dan Winongo memiliki spesifikasi yang berbeda-beda. Kondisi tersebut memungkinkan terbentuknya forum atau komunitas di masing-masing sungai.
“Jadi punya komunitas masing-masing karena persoalannya tidak sama antara sungai satu dengan lainnya,” kata Agus.
Menurut Agus sungai memiliki persoalan maupun potensi. Persoalan tersebut mulai dari pemanfaatan, pencemaran maupun budaya masyarakat sekitar. Sementara itu sungai juga memiliki potensi yang bisa dioptimalkan, seperti sebagai heritage area, sumber mata air, bahan galian yang dimiliki hingga komunitas penggiat sungai.
Di sisi lain optimalisasi peran penggiat sungai ini disambut baik oleh Dekan Fakultas Geografi UGM, Prof. Dr. R. Rijanta, M.Sc. Kondisi sungai-sungai di Yogyakarta saat ini tidak semuanya bersih, tetapi ada pula yang kotor bahkan tercemar. Fakultas Geografi UGM melalui Klinik Lingkungan dan Mitigasi Bencana (KLMB) siap membantu memantau kualitas air di sungai-sungai tersebut.
“Ini riil. Jadi silakan untuk memantau kualitas air sungai ini KLMB siap membantu,” pungkas Rijanta.
Menurut rencana peresmian Forum Penggiat Restorasi Sungai ini akan dilaksanakan pada 22 Maret mendatang bertepatan dengan peringatan hari air sedunia. Saat ini tengah dilakukan penyusunan tata kerja dan organisasinya. (Humas UGM/Satria)