• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Promosi Doktor
  • 72 Persen Suku Bajo Kabalutan Tinggal di Pinggir Laut

72 Persen Suku Bajo Kabalutan Tinggal di Pinggir Laut

  • 12 Maret 2015, 14:14 WIB
  • Oleh: Gusti
  • 7645
72 Persen Suku Bajo Kabalutan Tinggal Di Pinggir Laut

YOGYAKARTA –Suku Bajo di Pulau Kabalutan Sulawesi Tengah memiliki kearifan sosial budaya dan pengetahuan lokal dalam pembentukan permukiman di pesisir laut. Sebanyak 72 persen rumah penduduk tinggal di pinggir laut dan membangun rumahnya persis menghadap laut. Pola pemukiman pun tidak dibuat linear namun melengkung mengikuti topografi bukit karang untuk melindungi rumah meraka dari ancaman badai dan gelombang tsunami. “Meski ada ancaman badai dan tsunami, perkembangan pemukiman mereka cenderung berkembang ke arah laut daripada menuju ke daratan,” kata mahasiwa program pascasarjana Fakultas Teknik UGM, Ahda Mulyati dalam ujian terbuka promosi doktor di ruang KPTU Fakultas Teknik UGM, Kamis (12/3).

Dosen Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah ini mengatakan arsitektur permukiman suku Bajo ini didasari falsafah sama di lao’disimbolkan oleh ruang lao’ atau laut sebagai pusat permukiman. “Konsep Sama di Lao’ memperkaya makna dan wawasan arsitektur permukiman khususnya permukiman vernakular perairan yang dibangun atas pengetahuan lokal,” katanya.

Cara bermukim yang unik ini, kata Mulyati, berawal dari bido’ (perahu) nelayan suku Bajo yang menetap di suatu Labuan atau tempat dimana mengandalkan laut sebagai sebagai sumber utama mata pencaharian. Masyarakat lokal mempercayai arsitektur permukiman yang mereka bangun memiliki tiga konsep utama yakni sama/same (identitas diri), malabu/madara (cara bermukim) dan pasidakanan (filosofi hidup). “Ketiga konsep ini membentuk konsep teori lokal sebagai pengikat dan mewarnai pemukiman secara sosial, spasial dan spiritual,” katanya.

Dikatakan Mulyati, model permukiman di tepi laut ini memperlihatkan identitas sosial suku Bajo Kabalutan yang tetap menjadikan laut sebagai sumber inspirasi. Konsepsi ini masih dipelihara dan dipertahankan sampai kini. Bagi penduduk Suku Bajo Kabalutan ini, laut dan mesjid selalu menjadi bagian dari ruang permukiman sebagai ruang spirit, “Hal itu tercermin dalam ruang spasial permukiman dan kehidupan sosialnya,” terangnya.

Dikatakan Mulyati, pemerintah daerah setempat pernah membangun rumah baru untuk pemukiman bagi penduduk suku bajo Kabalutan. Namun permukiman yang  dibangun jauh dari habitat mereka, laut, sehingga rumah-rumah tersebut terbengkalai. “Pemerintah tidak mempertimbangkan kearifan lokal suku Bajo yang bertahun-tahun hidup di pinggir laut,” tuturnya.

Meski demikian, imbuhnya, pengetahuan dan pendidikan Suku Bajo mayoritas masih sangat rendah. Hal itu dapat dilihat dari hasil tangkapan ikan yang melimpah tidak dijual dengan harga pasar melainkan dengan tengkulak bahkan sering ditukar dengan barang. “Mereka terbiasa menghabiskan hasil dari penjualan tangkapan ikan di hari itu juga,” paparnya.

Mulyati merekomendasikan agar pemerintah untuk memperhatikan kearifan lokal masyarakat setempat terutama dalam perencanaan pembangunan tata ruang di sekitar daerah pesisir serta meningkatkan taraf pendidikan masyarakat suku Bajo Kabalutan. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Berita Terkait

  • Kearifan Lokal Suku Laut dan Nelayan Brebes

    Monday,17 May 2010 - 9:01
  • Keharmonisan Relasi Suku Bugis dan Suku Toraja

    Wednesday,24 July 2019 - 15:05
  • Masih Menguatnya Ketergantungan pada Mantra oleh Nelayan Bajo

    Saturday,21 June 2008 - 14:16
  • Raih Doktor Usai Teliti Hunian Suku Dayak Bukit

    Friday,01 November 2013 - 11:20
  • Demografi Pemilih Memengaruhi Pilkada DKI

    Thursday,09 February 2017 - 14:36

Rilis Berita

  • Dosen Perikanan UGM Murwantoko Dikukuhkan sebagai Guru Besar 21 March 2023
    Dosen Departemen Perikanan, Prof. Dr. Ir. Murwantoko, M.Si., dikukuhkan sebagai G
    Gloria
  • Komunitas Mahasiswa Hindu UGM Ikuti Tawur Agung di Candi Prambanan 21 March 2023
    Mahasiswa UGM yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Komunitas Mahasiswa Hindu Dharma (UKM
    Ika
  • 40 UMKM Mengikuti Pelatihan Peningkatan Kualitas Proses Pengolahan dan Pengemasan Produk 21 March 2023
    Sebanyak 40 pelaku UMKM mengikuti Pelatihan Peningkatan Kualitas Proses Pengolahan dan Pengemasan
    Agung
  • UGM Kembangkan Aplikasi TOMO Untuk Penanganan Tuberkulosis Resisten Obat 21 March 2023
    Penyakit tuberkulosis (TB) masih menjadi persoalan kesehatan di Indonesia. Dalam lapora
    Ika
  • Entrepreneur di Bidang Peternakan Masih Minim 21 March 2023
    Meski masih terbuka lebar Indonesia masih kekurangan entrepreneur di bidang peternakan. Data Bada
    Agung

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual