![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2015/03/24031514271797231557322748-765x510.jpg)
Penggunaan minyak goreng bekas pakai atau minyak jelantah biasa dilakukan sebagian besar masyarakat Indonesia. Padahal penggunaan minyak jelantah secara berulangkali dan berlebihan sangat berbahaya bagi kesehatan.
dr. Maria Selvester Thaedus, M.Biomed, mengatakan minyak jelantah tidak layak digunakan kembali untuk keperluan memasak. Pasalnya, proses pemanasan minyak goreng yang lama ataupun berulang akan menyebabkan oksidasi dan polimerisasi asam lemak yang menghasilkan radikal bebas senyawa peroksida yang bersifat toksis bagi sel tubuh. “Syarat mutu bilangan peroksida minyak goreng menurut SNI. 01-3741-2002 maksimal 10meq/1kg minyak. Sementara penggunaan minyak goreng berulang dalam rumah tangga memiliki bilangan peroksida 20-40 meq/kg,” jelasnya dosen Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta ini saat ujian terbuka program doktor di Fakultas Kedokteran UGM, Selasa (24/3).
Dari penelitan yang dilakukannya menggunakan 28 ekor mencit Mus musculus L Galur Swiss Derived, yang diberikan minyak jelantah per oral berdosisi 10μl/g1BB hingga 16 minggu diketahui minyak jelantah bisa menyebabkan kerusakan oksidatif melalui peningkatan kadar serum malondialdehid (MDA). Selanjutnya diikuti dengan peningkatan aktivitas superoksida dismutase (SOD). Disamping itu juga merangsang proses peradangan hati melalui peningkatan ekspresi sitokin proinflamasi (TNF-α dan IL-6).
Ditambahkan Maria, pemakaian minyak jelantah juga menyebabkan perubahan histologik hati berupa adanya perlemakan hati atau steatosis. Bahkan bertendensi menyebabkan kerusakan oksidatif DNA melalui peningkatan kadar 8-OHdG.“Hal ini menunjukkan adanya kerusakan sel atau jaringan derajat berat disertai dengan kerusakan DNA,” tuturnya saat mempertahankan disertasi berjudul “Dampak Konsumsi Minyak Jelantah terhadap Okisdatif DNA”.
Karenanya Maria menghimbau masyarakat untuk menghindari penggunaan minyak jelantah dalam rumah tangga karena kandungan minyak jelantah dapat menimbulkan kerusakan oksidatif bagi kesehatan dalam jangka waktu panjang dapat menimbulkan penyakit degeneratif dan keganasan. “Gunakan minyak goreng secerdas mungkin dan tidak berulang dengan jumlah sesuai kebutuhan,” tegasnya. (Humas UGM/Ika)