Dosen FMIPA Kimia UGM, Drs. Sutarno., M.Si berhasil mempertahankan desertasi berjudul “Synthesis of Faujasite and MCM-41 from Fly Ash and Their Applications as Hydrocracking Nickel Based Catalysts of Heavy Petroleum Distillates” pada ujian terbuka program doktor di ruang seminar Sekolah Pascasarjana UGM hari Kamis tanggal 22 September 2005. Promovendus dalam ujiannya didampingi promotor Prof. Dr. Hardjono Sastrohamidjojo dan ko-promotor Dr. Yateman Arryanto serta Dr. Bambang Setiadji.
Tujuan utama dari penelitian yang dilakukan Sutarno adalah mengembangkan metoda selektif sintesis faujasit dan MCM-41 dari abu layang yang dapat digunakan sebagai padatan pendukung katalis untuk reaksi hidrorengkah fraksi berat minyak bumi. Menurutnya, diantaranya katalis berbasis zeolit dalam skala industri, faujasit sintetik (zeolit X dan Y) adalah yang paling banyak digunakan dalam perengkahan katalitik distilat fraksi berat minyak bumi (witkamp, 2000). “Dipilihnya faujasit sebagai hasil yang diharapkan dalam sintesis zeolit mikropori karena faujasit memiliki kestabilan termal, dimensi dan ukuran pori serta keasaman permukaan yang sesuai dengan persyaratan aplikasi sebagai katalis. Selain itu, MCM-41 dipilih sebagai hasil yang diharapkan dalam sintesis zeolit mesopori karena MCM-41 mudah disintesis, memeiliki kesederhanaan struktur dengan tidak adanya penyumbatan pori serta memiliki stabilitas termal, kimia dan mekanik yang baik”, ujar pria kelhiran Wonogiri 16 Agustus 1961.
Kata Sutarno, hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berharga pada ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu mengurangi masalah pembuangan limbah abu layang yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan mengembangkan metoda selektif untuk sintesis faujasit dan MCM-41 dari abu layang. “Keberhasilan penelitian juga meningkatkan nilai ekonomi abu layang dari bahan limbah menjadi bahan yang bermanfaat dan bernilai ekonomi tinggi seperti faujasit dan MCM-41 yang dapat digunakan sebagai katalis untuk hidrorengkah fraksi berat minyak bumi”, tambah Sutarno (Humas UGM).