Hipertensi merupakan penyakit telah menjadi permasalahan kesehatan serius di berbagai negara. Sehingga pengobatan dalam jangka panjang diperlukan untuk mengontrol tekanan darah dan mengurangi komplikasi penyakit. Kendati begitu, pengobatan dalam jangka panjang berisiko menimbulkan efek samping dan meningkatkan biaya pengobatan.
dr.Sjarif Ismail, M.Kes., dosen farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman mengatakan upaya pengembangan obat-obat baru untuk hipertensi perlu lebih banyak dilakukan agar diperoleh obat antihipertensi yang lebih aman dan dengan harga terjangkau. Obat-obatan tersebut bisa didapatkan melalui penelitian etnobotani terhadap tumbuhan yang secara tradisional digunakan oleh etnis tertentu untuk pengobatan hipertensi. “Obat-obat baru antihipertnesi bisa diperoleh dari tumbuhan yang merupakan sumber molekul obat potensial,” tuturnya, Rabu(8/4) saat ujian terbuka program doktor di Fakultas Kedokteran UGM. Dalam kesempatan itu ia mempertahankan disertasi berjudul “Isolasi dan penentuan Struktur serta Mekanisme Aksi Senyawa Vasodilator dari Daun Dracontomelon dao (Blanco) Merr. & Rolfe (Dahu) Secara In Vitro”.
Skrining senyawa aktif tumbuhan obat khususnya untuk mekanisme aksi antihipertensi, kata Sjarif, sangat sulit dilakukan karena pada umumnya tanaman obat mengandung banyak senyawa yang perlu dipisahkan terlebih dahulu. Disamping itu, mekanisme antihipertensi juga sangat banyak sehingga dibutuhkan berbagai model untuk uji coba aktivitas baik secara in vitro maupun in vivo.”Untuk obat antihipertensi penelitian bisa diprioritaskan pada mekanisme aksi tertentu seperti aktivitas vasodilatasi pada pembuluh darah karena dapat dilakukan secara in vitro dan bekerja langsung pada pembuluh darah,” paparnya.
Sjafri menyampaikan dalam penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa aekstrak etanol dari daun Dahu (Dracontomelon dao) memiliki aktivitas vasodilatasi atau pelebaran pembuluh darah pada pembuluh darah aorta tikus secara in vitro dengan menggunakan metode organ terpisah aorta yang diprekontraksi dengan fenilefrin. Ekstrak tersebut mengandung metabolit sekunder polifenol, namun senyawa aktif dan mekanisme aksi dalam menimbulkan aktivitas vasodilatasi belum diketahui secara pasti.
Dari penelitian yang dilakukan Sjafri dengan mengisolasi senyawa aktif daun D.dao yang di ujicobakan pada aorta tikus wistar jantan diketahui bahwa senyawa aktif dengan aktivitas vasodilatasi pada pembuluh darah dari daun D.dao adalah metil galat. Adapun mekanisme aksi vasodilatasi metil galat di pembuluh darah dapat terjadi di endotel dan otot polos pembuluh darah, terutama di otot polos pembuluh darah melalui penurunan ion kalsium di sitosol. (Humas UGM/Ika)