Demikian bunyi kesimpulan penelitian Lidia Laksana Hidajat, bahwa makna sehat dan sakit tidak selalu terkait dengan kesehatan secara fisik, namun lebih dimaknai sebagai dapat bekerja, dapat beraktivitas, tercapainya produktivitas dan kreativitas, atau tercapainya aspek-aspek spiritual. “Sehat dan sakit lebih dimaknai sebagai pencapaian kesejahteraan sosial dan kesempatan untuk mengenyam pendidikan, sehingga pendekatan pelayanan kesehatan yang berorientasi fisik dan biomedik sudah waktunya ditinjau ulang”, ujar Lidia Laksana saat mempertahankan desertasi berjudul “Pemaknaan Sehat-Sakit Ditinjau dari Tipe Motivasi Nilai dan Kecenderungan Kepribadian pada Masyarakat Jawa dan Bali” hari senin (26/9) di Sekolah Pascasarjana UGM.
Kata Lidia, pada masyarakat Jawa, aspek-aspek falsafah hidup Jawa dan sikap hidup orang jawa sangat mewarnai pemahaman mereka tentang sehat dan sakit, sedang pada masyarakat Bali, sehat dan sakit sangat terkait dengan kesempatan untuk menuangkan ekspresi seni dan nilai-nilai peningkatan diri.
Secara umum temuan ini melengkapi hasil-hasil penelitian terdahulu bahwa aspek Jenis Kelamin perlu memperoleh perhatian tersendiri bahwa telaah terhadap peran gender adalah hal yang masih selalu harus diperhitungkan. “Selain itu, seluruh hasil analisis terhadap perbedaan laki-laki dan perempuan dalam penelitian ini sampai pada kesimpulan bahwa pemaknaan terhadap keadaan sehat dan sakit pada laki-laki dan perempuan dalam masyarakat Jawa dan Bali pada akhirnya lebih ditentukan oleh tipe Motivasi Nilai yang dianggap penting”, tambah perempuan kelahiran Magelang, 30 Oktober 1959.
Dengan menggondol predikat cumlaude, Lulusan Fakultas Psikologi UGM tahun 1983 ini berharap penelitiannya bisa bermanfaat bagi masyarakat Indonesia umumnya, dan secara khusus bagi masyarakat Jawa dan Bali agar hidup mereka dapat lebih sehat dan sejahtera. “Juga bagi perumus kebijakan layanan kesehatan, agar layanan yang nantinya diberikan kepada masyarakat benar-benar tepat sasaran”, tandas Lidia (Humas UGM).