Departemen Pertanian prihatin dengan meningkatnya konversi lahan pertanian di Indonesia yang berubah statusnya menjadi perumahan maupun pusat pertokoan. Dalam satu tahun konversi lahan pertanian mencapai 100 ribu hektar.
“Lahan pertanian kita ini terus tergerus dan berubah statusnya menjadi mall atau pertokoan,” papar Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dr. Ir. Winny Dian Wibawa, M.Sc pada acara Bimtek Pendampingan Mahasiswa Dalam Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai di UC UGM, Jumat (24/4).
Menurut Winny persoalan ini menjadi semakin kompleks ketika jumlah penduduk juga meningkat. Kondisi tersebut menjadi kekhawatiran bagi Indonesia khususnya untuk mencukupi kebutuhan pangan. Untuk itu dalam waktu 3 tahun ke depan pemerintah tengah fokus dalam usaha swasembada pangan.
“Hal itu bisa dimulai dari padi, jagung maupun kedelai,” urainya.
Winny juga menyebut beberapa kendala pengembangan pertanian, seperti irigasi dan benih yang jelek, jumlah petani yang berkurang serta minimnya jumlah penyuluh pertanian. Idealnya, 1 penyuluh pertanian mendampingi 1 desa. Jumlah penyuluh pertanian di Indonesia saat ini masih sekitar 27 ribu orang.
“Seharusnya jumlah penyuluh pertanian di Indonesia mencapai 100 ribu orang. Jadi masih kurang,” tutur Winny.
Di hadapan mahasiswa, Winny menjelaskan bahwa salah satu kunci keberhasilan swasembada pangan di Indonesia ada di tingkat kecamatan. Untuk itu pihaknya turut melibatkan Babinsa, mahasiswa serta tenaga penyuluh di Balai Penyuluh Pertanian sebagai ujung tombak.
Sebelumnya Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D juga mengaku prihatin adanya kecenderungan minat lulusan SMA mendaftar ke perguruan tinggi lebih banyak ke bidang IT, kedokteran, ekonomi serta infrastruktur. Sedangkan minat mahasiswa mendaftar di jurusan agro seperti pertanian relatif sedikit.
“Saya rasa ini perlu digencarkan lagi dalam sosialisasi agar lulusan SMA minat mendaftar ke jurusan agro,” kata Dwikorita.
Rektor menegaskan bahwa salah satu peran perguruan tinggi dalam menciptakan kedaulatan pangan adalah riset bidang teknologi pertanian. Dengan riset dan teknologi tersebut diharapkan produksi pangan Indonesia meningkat sekaligus mengurangi impor. ”Sebagai socio enterpreuner university UGM turut mendorong hilirisasi produk riset untuk kemajuan ekonomi nasional,” tegasnya. (Humas UGM/Satria;foto:Budi H)