Resminya tiga capres-cawapres yang maju di Pemilu 2024 membuat partai politik gencar melakukan kampanye. Media sosial sebagai salah satu medium diskusi masyarakat pun menunjukan aktivitas partai politik yang tinggi. Strategi ini dikemas dalam cuitan-cuitan seputar prioritas isu partai, nilai-nilai partai, hingga promosi capres-cawapres. Menariknya, partai yang berhasil menang di Pemilu 2019 lalu memiliki aktivitas yang berbeda dari partai lainnya.
Center for Digital Society (CfDS) Fisipol UGM merilis hasil riset terhadap aktivitas partai politik di media sosial X selama Januari 2022-September 2023 dalam tajuk “Lika-Liku Partai Politik Menyambut Pemilu 2024” pada Selasa (31/10). “Kami mengambil lima partai politik yang memenangkan pemilu di tahun 2019, yaitu PDI Perjuangan, Gerindra, Golkar, PKB, dan Nasdem. Karena kami ingin melihat perubahannya dari waktu ke waktu. Terlebih menjelang pemilu tahun depan,” tutur Dosen Departemen Politik dan Pemerintahan, Arga Pribadi Irmawan. Riset ini juga dilatarbelakangi oleh kecenderungan partai yang disebut sebagai secret garden of politics atau ketidakterbukaan urusan partai pada publik.
Berdasarkan hasil riset, partai politik yang banyak melakukan aktivitas di media sosial X adalah PDI Perjuangan (@PDI_Perjuangan) dengan total tweet mencapai 30.593. Disusul dengan akun partai Gerindra (@Gerindra) yang mencapai 17.057 tweet. Sedangkan tiga akun lainnya tidak menunjukkan aktivitas yang masif selama setahun terakhir, yakni akun partai Goldar (@golkar_id) dengan total tweet 5.982, partai PKB (@DPP_PKB) sebanyak 3.468 tweet, dan partai Nasdem (@NasDem) sebanyak 3.182 tweet.
“Kami menemukan motif kecenderungan koalisi partai ini adalah politik elektoral. Tujuan utamanya untuk meningkatkan elektabilitas dan popularitas. Kami temukan di sini PKB berkoalisi dengan Nasdem justru interaksinya sangat sedikit. Biasanya hanya sebatas pendokumentasian rapat dan kunjungan. Sedangkan koalisi Gerindra dan Golkar ini interaksinya sangat tinggi. Saling berbalas satu sama lain di X,” ungkap Arga. Kedua koalisi ini juga berkali-kali menunjukan upaya untuk meningkatkan popularitas capres-cawapresnya, yakni Anies-Muhaimin dan Prabowo-Gibran narasi yang berbeda.
Tak hanya menunjukan koalisi dan calon politiknya, partai juga beberapa kali melakukan pembangunan narasi isu di masyarakat. Berdasarkan data riset, ditemukan bahwa seluruh partai sama-sama menjadikan isu Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan sebagai isu strategis. Setidaknya terdapat 62 tweet PDI-P, 23 tweet Golkar, 22 tweet Gerindra, 15 tweet PKB, dan 11 tweet Nasdem yang membahas pembangunan IKN. Adapun nuansa tweet yang muncul mayoritas adalah penekanan tokoh-tokoh partai yang mendukung pembangunan IKN. Nuansa ini muncul pada partai PDI-P, PKB, Gerindra, dan Nasdem. Sedangkan Golkar cenderung mengedepankan perspektif institusi.
Sayangnya, dari sekian isu yang diprioritaskan oleh partai politik, isu perubahan iklim masih sangat minim dibicarakan. Padahal isu ini menjadi proyeksi prioritas pemerintah saat ini yang terus berlanjut hingga 2060. Baik partai maupun capres-cawapres masih berkutat pada isu ekonomi sebagai prioritas. Isu IKN pun juga banyak disangkutpautkan dengan isu ketenagakerjaan, bukan lingkungan. Hal ini tentunya perlu didorong agar isu perubahan iklim bisa menjadi salah satu prioritas, mengingat banyak isu lainnya yang mengancam apabila Indonesia tidak mempersiapkan strategi tepat menghadapi perubahan iklim.
“Sejauh ini kami belum mendapati X sebagai platform prioritas dari partai politik. Karena narasi yang dibangun masih bersifat sangat formal, seperti kegiatan partai, koalisi, penokohan, dengan kata-kata formal. Sedangkan yang banyak interaksinya itu hanya akun partai Gerindra, karena ia menggunakan bahasa-bahasa ringan yang disukai anak muda,” tambah Arga.
Penulis: Tasya