Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM, Prof. Drs. Retantyo Wardoyo, M.Sc., Ph.D. dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Algoritma dan Komputasi, Selasa (28/5), di Ruang Balai Senat UGM. Dikukuhkannya Prof. Retantyo Wardoyo sebagai Guru Besar, menambah daftar dari 42 orang Guru Besar aktif yang ada di FMIPA UGM. Sebelum mendedikasikan kariernya sebagai peneliti di bidang Ilmu Komputer, Prof. Retyanto pada awalnya merupakan pengajar di Departemen Matematika. Keputusan mengubah keahliannya bermula saat FMIPA UGM berencana untuk membuka program S2 Ilmu Komputer dan ia diberikan kesempatan untuk melanjutkan studi S2 dan S3 di University of Manchester. Saat bersekolah di Inggris inilah, ia mendalami model kecerdasan artifisial dalam bidang kesehatan. Peralihan bidang ilmu tersebut malah mengantarkan dirinya meraih jabatan fungsional tertinggi dalam bidang pendidikan.
Dalam pidato pengukuhannya, Retyanto mengungkapkan bahwa kecerdasan artifisial atau artificial intelligence (AI) merupakan salah satu cabang ilmu yang baru dikembangkan pada pertengahan abad 20, yaitu saat Perang Dunia ke II dan merupakan breakthrough dalam Ilmu Komputer. AI mengacu pada simulasi kecerdasan manusia dalam mesin yang di program untuk berpikir dan belajar seperti manusia. Mesin ini dirancang untuk melakukan tugas-tugas yang biasanya memerlukan kecerdasan manusia, seperti persepsi visual, pengenalan suara, pengambilan keputusan, hingga terjemahan bahasa. “Penerapan AI telah berkembang sangat pesat dan telah merevolusi berbagi bidang, salah satunya adalah bidang kesehatan,” ungkap Retyanto.
Menurutnya, dalam kondisi di mana kebutuhan akan pelayanan kesehatan semakin tinggi, AI dapat menjadi solusi yang tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga meningkatkan akurasi dan kualitas layanan. “Bahkan lewat analisis yang menyeluruh, AI dapat memberikan dukungan kesehatan mental yang personal dan terfokus. Hal ini termasuk pengenalan pola perilaku dan perubahan mood sehingga memungkinkan intervensi yang lebih tepat dan akurat,” tutur Retyanto.
Retyanto menambahkan, contoh lain dalam pemanfaatan AI di bidang kesehatan adalah untuk membantu menyelesaikan permasalahan pada keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh dokter jaga di Unit Gawat Darurat pada Rumah Sakit untuk menangani kasus stroke hemoragik. “Stroke hemoragik ini memiliki ’Golden Time’ periode kritis dimana intervensi cepat dan tepat bisa menghindari cacat permanen dan mengurangi risiko kematian,” ucapnya. Untuk mengatasi keterbatasan pengetahuan tersebut, digunakan algoritma tertentu yang menganalisis data rekam medis pasien, sehingga membantu dokter umum dalam mengambil keputusan yang lebih akurat dan cepat dalam situasi kritis.
Sebelum mengakhiri pidatonya, pria yang sempat mengenyam pendidikan sekolah menengah pertama di Ambon ini, mengucapkan terima kasih kepada banyak kolega dan rekan kerjanya. Retyanto juga mengapresiasi grup riset PGSD, nama kelompok bimbingannya di Program S3 Ilmu Komputer. Meski sudah menyandang Guru Besar, Retyanto berjanji akan terus produktif sebagai dosen dan peneliti di Departemen Ilmu Komputer, FMIPA UGM. Hal ini terbukti dari banyaknya publikasi penelitian yang diterbitkan di jurnal nasional dan internasional dalam tiga tahun terakhir.
Ketua Dewan Guru Besar UGM, Prof. Dr. Ir. Mochammad Maksum, M.Sc., turut memberikan pidato sambutan setelah mengalungkan samir Guru Besar pada Prof. Retantyo Wardoyo. Dalam pidatonya, ia menyebutkan Prof. Retantyo Wardoyo, merupakan salah satu dari 42 Guru Besar aktif dari 58 Guru Besar yang pernah ada di FMIPA UGM.
Penulis: Triya Andriyani