Di sela-sela sesi working luncheon High Level Meeting (Konferensi Tingkat Tinggi – KTT) Archipelagic and Island States (AIS) Forum yang digelar di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Provinsi Bali, Rabu, 11 Oktober 2023, para pemimpin negara-negara pulau dan kepulauan menyimak paparan sejumlah inovator muda. Para anak muda tersebut menyampaikan suara dan kepedulian mereka tentang berbagai isu utama KTT AIS Forum, serta inovasi mereka untuk mengatasinya.
Dalam pengantarnya, Presiden Joko Widodo menyebut bahwa pemaparan para inovator muda tersebut sejalan dengan pembahasan para pemimpin negara KTT AIS Forum mengenai pentingnya pendekatan inklusif dan inovasi.
“Seperti yang sudah kita sebutkan sebelumnya dalam pertemuan, pendekatan inklusif dan inovasi sangat lah penting. Oleh karenanya, saya mengundang dua kelompok representatif, satu mewakili anak muda dan satu lainnya mewakili para inovator,” ucap Presiden.
Yuv Sungkur, perwakilan Delegasi Pemuda AIS dari Mauritius, menyampaikan bahwa para delegasi muda telah berkumpul pada 6-7 Oktober 2023 dan menyepakati Deklarasi Pemuda AIS yang pertama. Deklarasi tersebut merupakan dokumen penting yang akan menjadi pencapaian bersejarah bagi negara kepulauan, berisi pernyataan dari 26 delegasi yang mewakili Karibia, Pasifik, dan Samudra Hindia.
Dalam kesempatan tersebut, terdapat dua anak muda Indonesia yang turut memaparkan inovasi mereka, yakni Nadea Nabilla dan Fajar Sidik Abdullah Kelana. Nadea Nabilla menjelaskan bahwa dua juta nelayan skala kecil menghasilkan lebih dari delapan juta ton karbondioksida per tahun. Hal tersebut disebabkan oleh penggunaan bensin yang menghabiskan 70 persen pendapatan mereka. Untuk itu, dia membuat suatu inovasi berupa mesin kapal listrik nelayan, Manta One, yang disebutnya dapat mengurangi karbon hingga 78 persen.
Sementara itu, Fajar Sidik Abdullah Kelana, innovator muda alumnus Universitas Gadjah Mada, menjelaskan dampak perubahan iklim terhadap sektor perikanan budi daya. Menurutnya, perubahan iklim telah menyebabkan penurunan kualitas air dan menyebabkan gagal panen yang berdampak pada 2,2 juta petani ikan di Indonesia dan petani ikan di belahan dunia lainnya.
Berangkat dari isu tersebut, Fajar membuat sebuah inovasi berupa microbubble aerator berkelanjutan yang terintegrasi untuk meningkatkan kualitas air di sektor budi daya perikanan. Inovasi tersebut terbukti mampu meningkatkan produksi budi daya perikanan dan pendapatan petani ikan sebesar 30 persen.
“Tidak hanya itu, inovasi kami juga menurunkan amonia dalam air sebesar 17 persen dan menurunkan konsumsi listrik sebesar 40 persen dibandingkan dengan teknologi aerator yang ada saat ini,” jelas Fajar.
Fajar sebagai alumnus UGM program studi Teknik Mesin, Departemen Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik mengatakan bahwa mengembangkan inovasi teknologi yang memberikan dampak baik dan kesejahteraan bagi rakyat kecil merupakan visi dan tujuan hidupnya.
Sumber: Fajar
Editor: Satria