Ulfatun Nikmah (26), Ilmu Akuntansi 2021, merupakan salah satu dari 1.187 lulusan Program Magister yang diwisuda pada Rabu (24/4) lalu. Gadis kelahiran Jepara ini berhasil lulus cumlaude dengan menyelesaikan studi dari Prodi Magister Sains Akuntansi dalam waktu 1 tahun 10 bulan 24 hari dengan capaian IPK 3.89. Kesuksesan ini menjadi salah satu pencapaian besar dalam hidup Ulfatun. Sebab ia tidak menyangka, pekerjaan ayahnya sebagai tukang buruh ukir panggilan di desa Wedelan, Kabupaten Jepara, Jawa tengah, bisa menghantarkan dirinya meraih gelar master.
Sebagai anak yang lahir dan tumbuh dalam keluarga sederhana, bisa mengakses pendidikan hingga perguruan tinggi adalah sebuah kemewahan. Terlebih ayahnya, Muhlasin (54) menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga dengan bekerja sebagai buruh ukir panggilan dengan penghasilan yang tidak menentu setiap bulannya. Sementara sang ibu, Masruroh (48) merupakan ibu rumah tangga.
Perjalanan Ulfatun meraih mimpi tidaklah mudah. Saat akan melanjutkan kuliah ke jenjang sarjana ia mendapatkan pertentangan keras dari kedua orang tuanya. Bukannya tidak mendukung Ulfatun untuk kuliah, namun orang tuanya berkali-kali mengingatkan soal kondisi keluarga yang serba pas-pasan sehingga sangat sulit jika harus membiayai kuliah. Belum lagi orang tuanya masih harus membiayai sekolah sang adik.
“Bapak waktu itu tidak memperbolehkan saya lanjut kuliah S1 begitupun ketika mau S2 karena tidak mampu, tidak ada biaya. Namun saya ini tipe anak yang ngeyel jadi terus memberikan pengertian ke orang tua kalau saya kuliah nanti bisa mendapat pekerjaan layak dan membantu menyekolahkan adik,” paparnya lulusan SMK N 3 Jepara ini.
Dengan tekad dan semangat membara ia berusaha berprestasi di sekolah. Nyatanya, ketekunan dan kerja keras dalam belajar membuahkan hasil manis. Sejak di bangku SD hingga SMK ia selalu masuk jajaran juara di kelasnya. Bahkan tak jarang ia mewakili sekolah dalam berbagai kompetisi. Berkat prestasinya itu Ulfatun berhasil masuk program S1 di salah satu perguruan tinggi negeri di Semarang melalui jalur prestasi. Ia pun mendapatkan beasiswa Bidikmisi yang diperuntukan bagi mahasiswa berprestasi yang berasal dari keluarga kurang mampu. Ulfatun kembali berkesempatan melanjutkan studi S2 di UGM secara gratis dengan beasiswa dari LPDP RI.
Di tengah-tengah menjalani perkuliahan baik di program S1 maupun S2, Ulfatun menjalankan pekerjaan paruh waktu seperti memberikan les untuk anak-anak sekolah hingga mengikuti berbagai proyek bersama teman-teman kampusnya.
Muhlasin sangat bersyukur dan bangga sang puteri akhirnya bisa meraih impiannya menggapai pendidikan di perguruan tinggi bahkan hingga jenjang S2. Awalnya ia mengaku berat untuk melepas Ulfatun kuliah di perguruan tinggi karena tidak mampu secara ekonomi.
Tidak pernah terbesit dalam bayangan Muhlisin jika putri sulungnya bisa merasakan bangku perkuliahan. Pencapaian itu seperti membasuh dahaga Muhlisin yang sebenarnya juga haus akan pendidikan. Hanya saja persoalan ekonomi keluarga saat ini menghentikan mimpinya untuk bisa melanjutkan sekolah di bangku SMA. Ia harus berpuas diri menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SMP saja.“Harapannya nanti Ulfatun bisa menjadi orang yang sukses dan bisa memberikan manfaat bagi masyarakat, bangsa, serta negara,” tuturnya.
Meski terlahir dari keluarga dengan perekonomian terbatas, Ulfatun membuktikan jika keterbatasan ekonomi bukan menjadi penghalang untuk meraih pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi.
Penulis: Humas FEB UGM/Kurnia Ekaptiningrum
Editor: Gusti Grehenson