Era transformasi digital telah mengubah data menjadi suatu aset yang berharga bagi seluruh sektor. Pengelolaan data yang baik menjadi kunci untuk pengambilan keputusan. Pasalnya, data tidak hanya sebatas kumpulan informasi melainkan perlu diidentifikasi sesuai konteks dan maknanya. “Data itu tidak berteriak di ruang hampa, ada ekosistem di sekelilingnya. Tidak melulu tentang angka, data set, dan machine learning. Agar data dapat dimanfaatkan dengan baik. Data harus memiliki identitas. Konsep ini yang kita sebut sebagai data symphonie,” kata Chief Data Officer Lokadata dalam Diskusi yang diselenggarakan oleh Center for Digital Society (CfDS) Fisipol UGM yang bertajuk “Melihat Potensi Kolaborasi dari Pemanfaatan Data”, Kamis (12/12), di ruang auditorium Fisipol UGM.
Menurutnya, data tidak hanya sebatas kumpulan informasi melainkan perlu diidentifikasi. Suwandi mencontohkan bagaimana peneliti di bidang sosial dan humaniora misalnya, bisa merefleksikan data terhadap kondisi politik atau realitas sosial yang dihadapi. Hal ini tidak hanya berguna untuk memudahkan pengolahan data, namun juga menjaga identitas data. Karena tanpa identitas tersebut, data cenderung kurang tepat sasaran ketika diolah. “Data mengenai sentimen anak muda terhadap pajak, bisa saja memunculkan data berbeda di setiap platform digital. Kita harus melihat polanya. Data tidak hanya sekedar rumusan angka saja, tapi juga bagaimana kita melakukan kontekstualisasi,” papar Suwandi.
Soal keragaman dan kompleksitas data justru menjadi kelebihan agar hasil pengolahan data semakin kaya. Suwandi memaparkan bagaimana mengolah data menggunakan metodologi siklus pengetahuan dimana data-data mentah yang belum diolah perlu digabung menjadi sebuah informasi, tentunya tanpa menghilangkan identitas dalam data tersebut. Kumpulan informasi itulah yang dapat digabung menjadi “pengetahuan”. Barulah data dapat memberikan kesimpulan jelas mengenai isu yang diteliti.
Ia menceritakan bagaimana Lokadata melakukan pengumpulan, pengolahan dan analisis data seputar Indonesia. Alih-alih menggunakan data pribadi, Lokadata banyak menggunakan data agregasi yang terkumpul dalam bentuk kode. Suwandi juga mengakui bahwa pengelolaan data membutuhkan manpower dan dana yang besar. Sebab tren pengolahan data muncul dengan beragam metode dan variasi analisis.
Penulis : Tasya
Editor : Gusti Grehenson