
Dua mahasiswa Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) Universitas Gadjah Mada, Afkaar Nabil Falah dan Nurima Setianingrum, berhasil meraih Juara I dalam kompetisi nasional SOCIUS 2025 (Sociology Champion Unesa) yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Surabaya. Kemenangan ini mereka raih lewat karya ilmiah berjudul ‘Publik di antara Negara dan Pasar: Perjuangan Driver Ojek Online Perempuan dalam Kerentanan yang Berlapis dan Berkelanjutan.’ Karya ini lahir dari keprihatinan terhadap realitas yang dihadapi perempuan pengemudi ojek online, khususnya di Yogyakarta. “Kami justru melihat adanya bentuk-bentuk kerentanan baru yang dihadapi para perempuan ini, kerentanan yang tidak hanya bersifat ekonomi, tetapi sosial, psikologis, bahkan struktural,” ujar Afkaar, Kamis (7/8).
Fenomena kerja fleksibel di era digital sering kali dianggap sebagai solusi ideal bagi perempuan. Namun, temuan Afkaar dan Nurima justru menunjukkan bahwa fleksibilitas semu ini menyisakan banyak persoalan. Para pengemudi perempuan menghadapi ketidakpastian pendapatan dan potongan penghasilan dari platform digital, bahkan memikul beban ganda sebagai pekerja dan pengurus rumah tangga. “Belum lagi risiko pelecehan di jalan dan minimnya jaminan sosial dari negara maupun aplikator,” tambah Afkaar.
Untuk menggambarkan kondisi ini secara utuh, keduanya melakukan riset lapangan dengan pendekatan kualitatif. Mereka mewawancarai dua informan utama, yaitu seorang ibu rumah tangga yang bekerja bersama suaminya sebagai pengemudi ojek online, dan seorang ibu tunggal yang juga merawat orang tuanya. Proses penelitian melibatkan observasi partisipatif, wawancara mendalam, transkrip verbatim, dan analisis tematik. “Kami menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling, dengan rekaman suara yang telah diverbatim, coding tematik, dan penulisan,” jelas Nurima.
Penelitian ini menemukan bahwa ruang kerja digital bukanlah ruang netral. Para perempuan pengemudi sering kali bekerja dalam situasi yang penuh stigma dan bias gender, tanpa jaminan perlindungan dari negara maupun perusahaan. Mereka menjadi kelompok pekerja yang terjepit antara negara yang absen dan pasar yang eksploitatif. “Ketika negara belum memberikan perlindungan nyata, dan platform hanya beroperasi dengan logika pasar, posisi mereka menjadi terjepit antara negara yang absen dan pasar yang eksploitatif,” kata Afkaar.
Namun, di tengah keterbatasan tersebut, para pengemudi perempuan menunjukkan ketahanan luar biasa. Mereka membentuk komunitas seperti Srikandi dan KGMP (Keluarga Gojek Merah Putih) sebagai bentuk solidaritas sosial. Komunitas ini menjadi tempat berbagi informasi, saling membantu saat kecelakaan, dan membangun dukungan emosional. “Komunitas ini menjadi apa yang kami sebut sebagai ruang publik alternatif. Ruang di mana mereka bisa merasa aman, didengar, dan saling menguatkan,” kata Afkaar.
Secara teoritis, karya ini mengacu pada pemikiran B. Herry Priyono tentang ruang publik dan konsep prekariat dari Guy Standing serta A.B. Widyanta. Ini membantu memperjelas bahwa perempuan pengemudi ojek online adalah bagian dari kelas pekerja baru yang hidup dalam ketidakpastian dan tanpa perlindungan hukum yang memadai. “Mereka adalah simbol nyata dari kelas pekerja baru yang hidup dalam ketidakpastian, tanpa kontrak tetap, tanpa jaminan sosial, dan tanpa perlindungan hukum,” tegas Afkaar.
Lewat riset ini, Afkaar dan Nurima berharap ada perhatian lebih dari pemerintah dan perusahaan aplikasi terhadap perempuan pekerja di sektor informal digital. Mereka menekankan pentingnya merancang kebijakan yang berpihak pada kelompok rentan, alih-alih hanya mengejar efisiensi ekonomi. “Kami berharap riset ini bisa menjadi rujukan bagi pemerintah dan perusahaan platform agar mulai merancang kebijakan yang lebih adil dan berpihak kepada kelompok rentan,” ujar Afkaar.
Bagi keduanya, karya ini bukan sekadar proyek akademik, melainkan bentuk penghormatan terhadap perjuangan perempuan pekerja informal. Dengan menyuarakan pengalaman mereka, Afkaar dan Nurima berupaya mengembalikan martabat perempuan pengemudi ojek online ke ruang publik yang lebih adil. “Kami merasa beruntung dapat menyuarakan kisah mereka, dan kami percaya, perjuangan mereka adalah bagian penting dari perjuangan keadilan sosial di era digital ini,” tutup Afkaar.
Penulis. : Triya Andriyani
Foto : Dok.Afkaar Nabil Falah