Puluhan alumni mahasiswa Indonesia yang berkuliah di Tokyo Institute of Technology atau yang dikenal dengan Tokyo Tech menghadiri launching pembentukan Asosiasi Alumni Tokyo Tech Indonesia di Gedung SGLC, Fakultas Teknik UGM, Rabu (14/8). Asosiasi ini dinamai dengan Kuramae-Indonesia. Kegiatan ini menghadirkan alumni Tokyo Tech yang sekarang tersebar di berbagai institusi, baik sebagai tenaga pendidik, peneliti, maupun praktisi. Peresmian asosiasi ini juga dihadiri langsung oleh Presiden Tokyo Tech, Dr. Kazuya Masu.
Selain melakukan kunjungan kehormatan (courtesy visit) ke UGM, Kazuya juga direncanakan akan mengunjungi Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Sampoerna University karena tercatat UGM, UI, dan ITB merupakan tiga universitas di Indonesia yang alumninya paling banyak melanjutkan studi magister dan doktor di sana. Bahkan, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng yang pernah menjabat sebagai Rektor UGM pada tahun 2017-2022 merupakan alumni dari Tokyo Tech.
Wakil Dekan Bidang Keuangan, Aset, dan SDM Fakultas Teknik, Prof. Ir. Muslikhin Hidayat, S.T., M.T., Ph.D., IPU saat membuka kegiatan menyatakan sangat senang dengan inisiatif alumni untuk membentuk asosiasi ini. Muslikhin mengatakan, tujuan utama dari asosiasi ini adalah untuk menciptakan ruang bagi alumni Tokyo Tech untuk saling terhubung. “Kami harap setelah peresmian ini akan terus terjalin kerja sama yang kolaboratif dan berdampak bagi Tokyo Tech dan juga Kuramae,” ujarnya.
“Jadi sebetulnya kami melakukan roadshow ke beberapa kampus di Indonesia terkait perubahan nama Tokyo Institute of Technology menjadi Institute of Science Tokyo (disingkat Science Tokyo),” ujar Kazuya saat memberikan sambutan yang dilanjutkan dengan presentasi terkait kegiatan akademik dan riset yang ada di Tokyo Tech.
Rencananya, perubahan nama tersebut akan efektif mulai 1 Oktober 2024. Ia melanjutkan, saat ini sebanyak 118 mahasiswa Indonesia sedang melanjutkan studi di Tokyo Tech. Mahasiswa tersebut tersebar di jenjang sarjana sejumlah 12 orang, master 36 orang, doktoral 62 orang, dan mahasiswa non degree sejumlah 8 orang.
Kazuya berujar, saat ini Tokyo Tech memiliki enam fakultas, yaitu science, engineering, materials and chemical technology, computing, life science and technology, environmental and society. Ia menambahkan jumlah mahasiswa internasional terus meningkat dari tahun ke tahun. “Kami sangat terbuka sekali jika mahasiswa Indonesia ingin kuliah di Tokyo Tech. Semua fakultas sudah membuka kelas dalam bahasa inggris,” tuturnya. Bahkan untuk mengapresiasi kehadiran mahasiswa Indonesia di Tokyo Tech, sejak tahun 2010, PPI Tokodai (gabungan mahasiswa Indonesia di Tokyo Tech) didukung secara penuh untuk menyelenggarakan Tokyo Tech Indonesian Commitment Award (TICA).
TICA adalah kompetisi karya tulis ilmiah (paper) untuk mahasiswa seluruh Indonesia. Dalam kompetisi ini, tiga pemenang terbaik akan diundang ke kampus Tokyo Institute of Technology, Jepang, untuk menerima penghargaan dan menghadiri acara puncak TICA yang akan dihadiri oleh beberapa pembicara utama dari dalam dan luar Indonesia untuk berbagi pengalaman dan wawasan dalam bidang pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Keberlangsungan TICA diharapkan dapat mendukung perkembangan riset dan inovasi Indonesia.
Ketua Umum Kuramae-Indonesia, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng mengungkapkan Kuramae didirikan untuk menyatukan seluruh alumni Tokyo Institute of Technology yang ada di Indonesia. “Ke depan, Kuramae-Indonesia akan mengadakan kegiatan-kegiatan seperti seminar ilmiah, penggalangan dana beasiswa, termasuk menjadi penghubung kerja sama antara Tokyo Tech dengan kampus-kampus lain yang ada di Indonesia,” ungkap Panut.
Penulis: Triya Andriyani
Foto: Donnie