Sebagai salah satu implementasi agenda keberlanjutan, Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama AVO Innovation & Technology menggelar talkshow dan workshop AVO Goes to Campus bertema “Work- Life Balance: Myth or Choice” pada Sabtu (24/2). Acara ini mengangkat tentang fenomena hustle-life yang banyak dialami oleh masyarakat, khususnya anak muda akibat tekanan zaman.
“Saya berterima kasih pada AVO atas kolaborasi dan inisiasi bersama. Antusiasme juga tinggi sekali dari teman-teman mahasiswa. Saya kira ini adalah salah satu cara untuk meningkatkan soft-skills adik-adik juga. Bagian dari visi direktorat kemahasiswaan ini adalah bagaimana mengembangkan karakter mahasiswa, dan diharapkan melalui kegiatan positif ini nanti akan muncul kolaborasi lainnya yang mampu mendukung pengembangan karakter mahasiswa,” tutur Dr. Hempri Suyatna, S. Sos., M. Si, selaku Sekretaris Direktur Kemahasiswaan UGM.
Tekanan akibat minimnya lapangan kerja dan lingkungan yang tidak sehat menjadi salah satu poin dari SDGs, yakni poin ke-8 tentang Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi. Pemerintah telah memberikan ketentuan bagi pelaku dan pemilik usaha dalam hal pengelolaan kesejahteraan tenaga kerja. Ashilla Belladiani, Director My Skin But Better (MSBB) berbagi cerita tentang bagaimana awal mula MSBB didirikan. Menurutnya, membuat inovasi baru memberikan tantangan dan tekanan yang berbeda dalam sepanjang kariernya.
“Pertama kali mendapatkan tantangan untuk membuat MSBB dulu itu memang kerasa bingung, ini harus bagaimana? Nanti kira-kira gagal nggak, ya? Banyak sekali yang harus dipikirkan, mulai dari mencetuskan ide awal, kemudian melihat potensi, manajemen risiko, dan lain-lain. Tapi dengan dukungan dan support teman-teman juga, tentunya diselingi brainstorming, akhirnya jadilah MSBB ini,” ungkap Shilla.
Proses pencetusan ide hingga berhasil mengeksekusi ide tersebut tentunya membutuhkan ketekunan dan disiplin yang kuat. Kompetensi kerja yang dibutuhkan di era ini tidak hanya sekedar penguasaan terhadap keahlian tertentu, namun juga kemampuan berinovasi. Lingkungan kerja yang mendukung juga menjadi penentu dalam produktivitas kerja. Sayangnya, hal ini sering menjadi momok besar bagi mahasiswa yang belum terlalu mengenal dunia kerja.
“Kalau di AVO itu kami mendapatkan banyak jatah cuti. Semisal untuk maternity leave, kemudian kalau sekedar ingin jalan-jalan pun ada jatahnya. Menurutku ini sangat penting, karena bekerja itu terkadang bisa menimbulkan stress yang berlebihan. Dan itu sangat tidak bagus untuk produktivitas. Seringkali perusahaan itu menyepelekan hal ini, ketika mental karyawannya sedang kurang bagus dipaksa bekerja, tentu jadi nggak produktif,” papar Shilla.
Selain talkshow, peserta juga dapat mengikuti sesi career counseling dan workshop di hari yang sama. Tersedia tiga konselor untuk peserta dapat melakukan tanya jawab seputar karier yang diminati. Acara ini sekaligus menjadi wujud komitmen UGM untuk mendorong kolaborasi multisektor untuk membentuk karakter mahasiswa. Harapannya, AVO Goes to Campus bersama UGM ini dapat bermanfaat dan mampu menjadi bekal bagi mahasiswa sebelum nantinya terjun ke dunia kerja.
Penulis: Tasya