
Bahasa merupakan jembatan yang menghubungkan berbagai kebudayaan dan bangsa dari segala penjuru dunia. Di tengah era globalisasi dan transformasi digital yang bergerak begitu cepat, bahasa memainkan peran penting tidak hanya dalam pendidikan dan penelitian, tetapi juga dalam membangun pemahaman serta kolaborasi lintas batas.
Hal itu mengemuka dalam International Conference of Research on Language Education (IRoLE) yang bertajuk “The Roles of Multilingualism and Multiculturalism in Achieving the Sustainable Development Goals Across the Archipelago” pada 9-10 september di gedung Teaching Industry Learning Center (TILC), Sekolah Vokasi UGM.
Prof. Dr. Wening Udasmoro, S.S., M.Hum., DEA. selaku Wakil Rektor UGM Bidang Pendidikan dan Pengajaran menegaskan bahasa bahasa memainkan peran penting tidak hanya dalam pendidikan dan penelitian, tetapi juga dalam membangun pemahaman serta kolaborasi lintas batas. “Bahasa sebagai jembatan yang menghubungkan manusia, budaya, dan bangsa di tengah globalisasi dan transformasi digital yang bergerak begitu cepat,” ungkapnya.
Dr. Mohd Halim bin Mahphoth, selaku Assistant Rector UiTMCM Kampus Bandaraya Melaka, Malaysia, mengatakan perguruan tinggi perlu menggali potensi multilingualisme dan multikulturalisme melalui jejaring, kolaborasi riset, dan pertukaran ide inovatif. “Mari kita terus menggali kekayaan bahasa dan budaya di kawasan kita, serta memanfaatkan potensinya untuk membentuk masa depan yang lebih maju dan harmonis,” katanya.
Sementara Prof. Dr. Alison Moore dari University of Wollongong, Australia memaparkan bahwa bahasa berperan penting dalam hubungan dokter-pasien, khususnya pada konteks penanganan penyakit HIV dan penyakit inflamatori kronis. Menurutnya, keputusan medis tidak hanya soal resep atau obat, melainkan juga hasil dari negosiasi bahasa yang kompleks. “Karena saya pikir ini adalah contoh pembuatan keputusan bersama yang sangat baik dan membantu kesembuhan pasien,” jelas Alison.
Ia pun menambahkan bahwa kegagalan dalam menangkap maksud dan membagikan pengetahuan dari dokter ke pasien dapat berujung pada kesalahpahaman dan ketidaksetaraan dalam pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, menegaskan bahwa komunikasi medis pada dasarnya adalah hasil dari pilihan bahasa yang digunakan. “Menggunakan bahasa utama yang dikuasai pasien untuk memastikan mereka benar-benar merasa terlibat, memiliki kendali, sejalan dengan dokter, serta mampu berpartisipasi dalam menjaga kesehatan diri dan komunitasnya,” ujarnya.
Penulis : Leony
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Firsto