Semangat masyarakat Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat untuk bangkit dalam menghadapi masa-masa sulit pascabencana sekarang ini perlu menjadi perhatian pemerintah. Sebab, dengan segala keterbatasan, para penyintas tetap gigih dan tidak putus asa melewati situasi bencana tersebut. Mereka menolak untuk larut terlalu lama dalam kesedihan, sebaliknya mendekatkan diri kepada Tuhan dan menguatkan satu sama lain adalah cara yang ampuh dalam menjalani fase pemulihan.
Dekan Fakultas Psikologi UGM, Rahmat Hidayat, S.Psi., M.Sc., Ph.D., menilai sejarah panjang masyarakat Aceh yang pernah melewati berbagai ujian menunjukkan bahwa mereka selalu bisa bangkit dari situasi bencana ini. Sebab, Aceh pernah dilanda bencana tsunami tahun 2004 dan konflik bersenjata yang pernah terjadi sebelumnya. “Saya kira secara historis, secara empirik menunjukkan kemampuan yang kuat warga Aceh untuk selalu berhasil memiliki resiliensi yang tinggi ketika menghadapi bencana ini,” jelasnya, Jumat (12/12).
Selain itu, nilai-nilai keagamaan yang kuat yang selalu dipegang teguh oleh masyarakat, secara psikologis menurut Rahmat mampu memperkuat tingkat kesehatan mental masyarakat. “Apabila tidak memiliki dasar keyakinan yang menjadi pegangan kuat itu, maka permasalahan kesehatan mental yang berat dikhawatirkan akan berlaku di Aceh,” paparnya.
Rahmat mengelaborasi dua aspek penting yang perlu diperkuat bagi warga yang menjadi korban bencana longsor dan banjir bandang di Sumatera, yakni psikososial dan kesehatan mental. Aspek psikososial terkait dengan fungsi-fungsi sosial pada setiap orang. Dalam situasi ini, intervensi psikososial yang perlu dilakukan adalah hal yang dapat segera memulihkan fungsi dan peran itu. Sementara untuk anak-anak, menurutnya pemerintah bersama relawan perlu membangun fasilitas sementara di tempat pengungsian untuk mengembalikan kecerian anak-anak yang terenggut dalam situasi bencana.
Sedangkan dalam aspek kesehatan mental yang terkait dengan fungsi kognitif, pertolongan yang dilakukan adalah memberikan layanan Psychological First Aid (PFA) dalam bentuk pemberian dukungan untuk pelepasan ketegangan sehingga orang tersebut tidak merasa sendirian. “Inti dari Psychological First Aid adalah komunikasi personal yang empatik dari pihak luar dalam hal ini relawan terhadap pihak masyarakat yang terkena bencana,” tuturnya.
Terkait dengan kesulitan ekonomi yang sekarang ini dialami para penyintas akibat dampak dari bencana, Rahmat menuturkan pemerintah bisa mendorong semangat, rasa berdaya dan percaya diri agar lebih cepat pulih dengan membuat program yang memberikan kompensasi ekonomi kepada warga seperti membantu membereskan lingkungan sekitar pasca bencana. “Pendekatan ini penting untuk diperhatikan, baik oleh pemerintah maupun lembaga yang mengirimkan bantuan ke sana. Membantu betul, tetapi jangan sampai menciptakan ketergantungan,” ujarnya.
Rahmat optimis, warga korban bencana di Sumatra bisa segera pulih dan bangkit lebih cepat dengan semangat solidaritas dan partisipasi bersama melalui dukungan dari pemerintah dan kelompok masyarakat. “Partisipasi yang kuat kepada masyarakat dalam proses pemulihan bencana akan menumbuhkan kekuatan ekstra untuk bisa bangkit kembali,” pungkasnya.
Penulis : Alena Damaris
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Reuters
