
Isu perubahan iklim, ketahanan pangan, hingga disrupsi teknologi menjadi tantangan global yang perlu diatasi secara bersama melalui lintas negara. Oleh karena itu, kolaborasi lintas disiplin dan negara dalam bidang inovasi riset mutakhir lintas disiplin diharapkan mampu untuk menjawab persoalan tersebut. Hal itu mengemuka dalam Annual Scientific Conference (UASC) 2025 yang digelar selama 2 hari, 30-31 Juli 2025 di Gedung Soegondo, Fakultas Ilmu Budaya, UGM.
Dr. I Made Andi Arsana, selaku Ketua UASC 2025, menegaskan bahwa konferensi ini merupakan ruang dialog akademik yang mencakup tiga tema besar yang saling berkaitan, yakni biologi, pertanian, dan kemajuan sains dan teknologi. Konferensi ini menghadirkan 249 makalah dari 19 negara, dengan 13 pembicara utama terpilih yang akan menyampaikan hasil penelitian mereka. “Konferensi ini bukan hanya tentang kualitas riset, tapi juga tentang kolaborasi dan membangun jejaring lintas batas. Inilah bagian dari visi kami untuk mempromosikan sains dan teknologi yang berdampak,” ujarnya, Rabu (30/7).
Salah satu sesi dalam konferensi kali ini datang dari Prof. Bradley Ledwig, peneliti dari University of Luxembourg, yang membahas tentang kemajuan dalam riset dan kolaborasi hidrogen berkelanjutan. Menurutnya, hidrogen memiliki potensi luar biasa untuk melakukan dekarbonisasi di berbagai sektor industri. “Hidrogen ini seperti pisau serbaguna, bisa digunakan di mana-mana, tapi tidak semuanya masuk akal secara ekonomi. Kita harus memilih aplikasi yang benar-benar membutuhkan hidrogen, bukan sekadar bisa menggunakan hidrogen,” jelasnya.
Selain itu, dalam diskusi bersama Prof. Wolfram Brück dari University of Applied Sciences Western Switzerland, menyoroti adanya potensi besar limbah pangan nabati sebagai sumber bahan baku inovatif melalui pendekatan fermentasi yang terarah. Ia menyampaikan bahwa timnya berhasil mengembangkan teknologi fermentasi berbasis mikroorganisme tempe asal Indonesia untuk memperpanjang masa simpan dan meningkatkan kandungan senyawa bioaktifnya. “Kami tidak hanya ingin menyelamatkan produk sisa, tapi juga memberinya nilai tambah melalui inovasi bioteknologi pangan,” ungkapnya.
Wakil Rektor UGM Bidang Penelitian, Pengembangan Usaha, dan Kerja Sama Prof. Dr. Danang Sri Hadmoko, turut mengharapkan agar kegiatan UASC bukan hanya dijadikan sebagai sebuah kegiatan akademik, namun juga sebuah call to action yang menghadirkan dialog interdisipliner yang mencakup penelitian dan inovasi kolaboratif. “Melalui konferensi seperti UASC, UGM akan terus berkomitmen untuk mengembangkan sains yang bertujuan untuk memberdayakan komunitas, lingkungan, masyarakat, serta membangun inovasi untuk kebaikan bersama,” imbuh Danang.
Digelar oleh Direktorat Penelitian UGM, kegiatan UGM Annual Scientific Conferences (UASC) 2025 ini menjadi gabungan dari tiga diskusi, yakni the 11th International Conference on Science and Technology (ICST), the 6th International Conference on Smart and Innovative Agriculture (ICoSIA), dan the 6th International Conference on Bioinformatics, Biotechnology, and Biomedical Engineering (BioMIC). Beberapa pembicara yang hadir mengisi konferensi ini antara lain Prof. Shigeki Nakauchi, Prof. Abraham Cárdenas Tristán, Dr. Filip Biljecki, Dr. Daniel Mendham, Prof. Dr. Szilvia Kusza, Dr. Khamarrul Azahari Razak, Prof. Dr. David J Manton, Prof. Dr. Waranyoo Phoolcharoen, Takuji Yamada, Ph.D., Trung Quang Vo, Ph.D., BSc. Pharm, dan Dr. Ronny Martien dari Universitas Gadjah Mada.
Penulis : Lintang Andwyna
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Firsto