Bedah buku Suluh Kepemimpinan Geografi, Jangan Takut Bermimpin Besar mengiringi purnatugas Prof. Dr. Suratman., M.Sc., Guru Besar Fakultas Geografi UGM. Acara purnatugas yang digagas para komunitas anggota “DPR” dan “MPR” berlangsung di Auditorium Merapi Fakultas Geografi UGM, Senin (1/7).
Sejumlah anggota “DPR” dan “MPR” serta para kolega dan keluarga hadir dalam acara ini. Mereka dengan sabar menyimak penyampaian perjalanan hidup, karya, dan pengabdian Prof. Suratman dari pagi hingga siang hari.
“Terus terang saya merasa kaget melihat anak-anak muda berkumpul dan memotret perjalanan hidup saya dan bikin acara ini,” ucapnya membuka sambutan.
Suratman mengaku tidak ada pikiran atau membayangkan acara yang dipersembahkan para anak muda. Sebagai orang desa yang sederhana, ia beranggapan pensiun ya pensiun.
Meski telah purnatugas atau pensiun dalam menapaki hidup berikutnya ia mengaku masih berkeinginan berbakti untuk kemanusiaan. Prinsip memayu hayuning bawana yang selalu ia pegang menguatkan keinginan itu.
“Hidup kita itu ibarat ada di museum, dan bumi adalah museum kehidupan kita sehingga geografi adalah bagian dari museum yang dijadikan oleh Allah. Kita ini berada di museum yang Allah benar-benar menitipkan kita sebagai khalifatullah,” ungkapnya.
Memegang prinsip memayu hayuning bawana, pesannya kepada insan-insan geograf sudah seharusnya berperan lebih besar untuk melestarikan bumi bagi kehidupan generasi dan peradaban masa depan. Karena geografi sebagai kehidupan, ilmunya ada dimana-mana, ada di kehutanan, di teknik, di ekonomi, di pendidikan dan lain-lain.
Buku Suluh Kepemimpinan Geografi, Jangan Takut Bermimpin Besar digagas dan disusun oleh Komunitas “DPR” dan “MPR”. Buku setebal 243 halaman berkisah soal biografis dan historis Prof. Suratman, perjalanan masa kecil hingga menjadi dosen muda dan soal filosofi nama anak.
Buku ini juga mengisahkan kontribusi Prof. Suratman dalam bidang ilmu geografi dan geomorfologi. Kepemimpinan dalam bidang ilmu geografi, kepemimpinan dalam tataran fakultas, universitas, nasional, dan internasional.
Di bagian akhir buku menyoal gagasan masa depan diantaranya tentang mengakarkan ilmu geografi untuk kehidupan dan pembangunan berkelanjutan. Buku pun semakin menarik karena ada 40 chapter dari 40 tokoh bersaksi soal pemikiran, karya, dan pengabdian Prof. Suratman.
Selaku penulis dan editor buku adalah Agung Satriyo Nugroho dan Ahmad Ilham Romadhoni. Keduanya merupakan anggota “DPR” yang peduli dan turut merasakan kontribusi Prof. Suratman di berbagai pengabdian.
Agung Satriyo Nugroho mengaku buku disusun menjelang Prof Suratman purna tugas sebagai akademisi dari Universitas Gadjah Mada. Buku disusun, katanya bukan semata sebagai sebuah biografi semata melainkan memaknai proses perjuangan dan perjalanan Prof. Suratman sehingga dapat memunculkan konsep kepemimpinan yang dibutuhkan seluruh kalangan, khususnya para geograf.
“Ini DPR dan MPR tidak memakai RI. DPR disini adalah hasil Didikane Prof Ratman kalau MPR itu Man Teman Prof Ratman. Jadi kita siapkan semuanya untuk beliau yang memasuki purna tugas dari Fakultas Geografi UGM,” katanya sambil tersenyum.
Dr. Danang Sri Hadmoko, S.Si., M.Si selaku Dekan Fakultas Geografi UGM menyatakan usia 70 tahun merupakan purna tugas secara administrasi tetapi bukan purna tugas dari sisi substansi. Karena Prof. Suratman, katanya, akan tetap berkarya di banyak kesempatan.
“Terimakasih atas dedikasi dan pengabdiannya selama kurang lebih 40 tahun maka buku ini ada 40 chapter. Itu menunjukan pengabdian beliau lebih dari 40 tahun atau tepatnya 44 tahun,” katanya.
Menurut Danang, Prof. Suratman memiliki banyak peran, khususnya di Fakultas Geografi UGM dan UGM pada umumnya. Di level nasional utamanya Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dan dibanyak level lainnya.
Utamanya, kata Dekan, Prof. Suratman adalah seorang guru. Sebagai seorang guru telah memberikan keteladanan dan kesederhanaan yang telah melahirkan banyak pemimpin bangsa.
“Banyak pemimpin muda yang dihasilkan dari keteladanan beliau. Prof Suratman telah banyak membina para entrepreneur, ilmuwan, bahkan banyak yang menjadi professor sekarang ini adalah para anggota “DPR”. Termasuk saya ini adalah salah seorang anak didiknya,” imbuhnya.
Penulis: Agung Nugroho