Devina Ocsanda adalah seorang mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya UGM, program studi Sarjana Arkeologi angkatan 2020 yang berprestasi dalam bidang riset dan penelitian pada fokus peminatan ilmu epigrafi. Mahasiswi yang akrab dipanggil Devina ini berhasil meraih penghargaan Insan Berprestasi Tahun 2024 pada acara Rapat Senat Terbuka FIB UGM 2024 pada Selasa (5/3).
Devina memiliki sejumlah pengalaman dalam bidang riset dan penelitian seperti pengalaman menjadi Asisten Editor untuk Jurnal Nusantara Arkeologi (JANUS), Section Editor Staff pada Jurnal Bakti Nusantara, Kepala Departemen Media dan Jurnalistik pada Unit Penalaran Ilmiah Interdisipliner UGM, dan Staf Divisi Riset dan Kajian Ilmiah pada Himpunan Mahasiswa Arkeologi UGM. Pengalamannya yang ia dapatkan dari organisasi mendukung kesempatan untuk merilis sejumlah publikasi dan proyek riset ilmiah.
Minatnya mempelajari epigrafi berawal dari ketertarikan Devina terhadap museum ketika ia masih kecil. Rasa sukanya terhadap museum membuatnya tertarik untuk mendalami ilmu mengenai kesejarahan dan arkeologi, terutama terhadap prasasti, meskipun pada saat itu belum mampu menerjemahkan ataupun membaca tulisan prasasti. Menempuh pendidikan sekolah menengah atas, Devina mulai mendalami tulisan Jawa Kuno dengan mengikuti komunitas belajar Jawa Kuno bersama pembelajar tulisan Jawa Kuno dan prasasti lainnya.
“Ada yang lebih kuno dari huruf-huruf Jawa dari sekarang,” ucap Devina ketika menceritakan awal mula ketertarikan mempelajari sistem tulisan Jawa Kuno saat duduk di bangku sekolah menengah atas. Iklim komunitas yang diikuti Devina bersifat fleksibel, tidak terlalu serius, dan terbuka untuk diskusi, mendukung proses belajar sistem tulisan Jawa Kuno bagi Devina yang kelak membantunya dalam menekuni ilmu epigrafi.
Selama di bangku perkuliahan Arkeologi UGM, Devina mengikuti sejumlah organisasi dan pengalaman kegiatan yang berfokus pada riset ilmiah beserta publikasi. Dua pengalaman kegiatan riset ilmiah yang menonjol dan menjadi prestasi terbesar bagi Devina adalah ketika ia memulai kajian ilmiah mengenai daerah kelahirannya di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur dengan judul kajian ilmiah “Relevansi Prasasti Sebagai Pembentuk Identitas Kolektif: Studi Kasus Prasasti Lawadan dan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur” dan proyek Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2023 berjudul, “Oportunitas Pembentukan Entitas Kebudayaan Baru, Tinjauan Ibu Kota Negara (IKN) Indonesia 2024 Terhadap Perpindahan Ibu Kota VOC 1619”. Kedua pengalaman riset tersebut ia jalankan sebagai ketua proyek riset ilmiah dan memberikan edukasi mengenai hasil riset kepada publik.
Pada kajian ilmiah “Relevansi Prasasti Sebagai Pembentuk Identitas Kolektif: Studi Kasus Prasasti Lawadan dan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur”, Devina meneliti tentang Hari Jadi Kabupaten Tulungagung setelah menyadari sedikitnya informasi latar belakang dari Hari Jadi Tulungagung, kota kelahirannya. Pada pengalaman ini, Devina menerjemahkan prasasti yang memuat data lengkap tentang asal usul Kabupaten Tulungagung. Setelah melakukan riset dan menganalisis data yang ditemukan pada prasasti yang dijadikan objek studi, Devina mengirimkan hasil tersebut ke Konferensi Perkumpulan Ahli Epigrafi, komunitas Ahli Epigrafi se-Indonesia. Sebagai satu-satunya mahasiswa termuda dan masih Sarjana aktif, ia memaparkan hasil penelitiannya mengenai Hari Jadi Kabupaten Tulungagung di depan konferensi dengan arah hasil temuan untuk arkeologi publik.
Penelitian berikutnya merupakan kolaborasi dengan sejumlah mahasiswa lintas jurusan Arkeolog-Antropologi-Sejarah yang diikutsertakan dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2023 berjudul, “Oportunitas Pembentukan Entitas Kebudayaan Baru, Tinjauan Ibu Kota Negara (IKN) Indonesia 2024 Terhadap Perpindahan Ibu Kota VOC 1619”. Riset ini tidak meneliti IKN secara langsung, tetapi membandingkan perkembangan masyarakat Kota Batavia dengan prediksi perkembangan masyarakat IKN di masa depan.
“Risetnya cukup sederhana dari studi literatur, mengkaji arsip-arsip guna mencari tahu Batavia itu awalnya bagaimana dan bangunan apa yang dibangun? Melihat peta-peta kuno dan muncul adanya “sekat” atau semacam enclave dari penduduk yang tinggal di dalam benteng dan di luar benteng atau eksklusivitas,” ucap Devina ketika menjelaskan proses penelitian tentang perbandingan antara Batavia dan IKN.
Proyek ini bertujuan untuk melihat hasil dari melting pot antara komunitas masyarakat yang menghuni di luar “benteng” atau di luar area khusus yang disebut enclave. Dari hasil ini, Devina dan tim membandingkannya dalam segi budaya terhadap pembangunan zonasi dan prediksi campur budaya yang terjadi pada masyarakat IKN.
Dari sejumlah pengalaman riset ilmiah dan organisasi yang ia tekuni, Devina berharap dapat kesempatan lebih banyak untuk melakukan riset tentang prasasti dan mempelajari prasasti lebih lanjut agar dapat menjadi bekal untuk membaca sejarah Indonesia yang lebih akurat dan kronologis serta mengisi bagian-bagian sejarah yang masih hilang. Ia menganggap data prasasti adalah kunci untuk bercerita mengenai sebuah masa sebab dengan bercerita mengenai sebuah masa dengan akurat dan dapat diterjemahkan dalam bahasa untuk orang awam dan pemula, maka informasi prasasti yang dibagikan dapat berkontribusi bagi kepentingan masyarakat dalam hal pendidikan.
“Ketika penelitianmu diakui semua orang, tidak hanya dari segi banyaknya penelitian. Aku bisa setiap hari menulis dan submit, aku publikasi banyak. Namun, menurutku. lebih penting kualitasnya. Kalau bisa, bikin riset yang berkualitas dan impactful, aku rasa itu lebih berprestasi daripada hanya menang lomba yang justru impactnya hanya untuk dirimu sendiri,” pesan Devina.
Penulis: Humas FIB UGM