Mlathi Anggayuh Jati adalah salah satu dari 1.852 seluruh wisudawan pada upacara wisuda program Sarjana dan Diploma pada 22 November lalu. Gayuh, sapaan akrab wisudawan terbaik dari Fakultas Psikologi ini menganggap dirinya cukup beruntung karena berkesempatan untuk mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Prestasi akademik yang diraihnya pun bukan tanpa rintangan. Selama kuliah, Gayuh harus berjuang dengan gangguan bipolar yang dialaminya. ”Sejak awal tahun 2020, saya mendapatkan diagnosis gangguan bipolar dan harus mengikuti serangkaian terapi pengobatan dengan psikiater dan psikolog,” akunya, Rabu (20/12).
Namun bagi Gayuh, kondisi ini menjadi sangat menantang karena di waktu-waktu tertentu ia seringkali merasa kesulitan untuk mengelola diri dan membagi waktu untuk kuliah. Beberapa kali ia harus mengikuti kelas online dari rumah sakit karena sedang menunggu antrian obat. Tak jarang pula, Gayuh juga harus mengerjakan tugas kuliah dan tugas-tugas lain saat menunggu antrian periksa dokter. Sesi diskusi, kerja kelompok, ataupun pengerjaan tugas dan persiapan lomba tetap diikutinya, bahkan ketika sedang menjalani rawat inap di rumah sakit.
Meskipun terlihat memaksakan diri, bagi Gayuh, pertarungan ini dilihatnya sebagai sebuah cara untuk tetap termotivasi dan tetap melangkah walaupun kondisinya sedang tidak optimal. Sejak awal, Gayuh berusaha terbuka kepada orang-orang di sekelilingnya mengenai kondisi sakit yang dialaminya dan berusaha untuk mengkomunikasikan keluhan sakitnya sebaik mungkin.
Seperti pada saat kondisi kesehatannya sedang tidak baik, Galuh membiasakan untuk menceritakan hal ini kepada orang tua dan teman-teman terdekatnya. ”Saya berusaha memberikan kabar kepada dosen ataupun teman-teman lain yang sedang memiliki kegiatan bersama dengan saya, baik dalam rumpun akademik maupun nonakademik,” ungkap wisudawan dengan IPK 3.91 ini.
Tak hanya memberi kabar, Gayuh juga berusaha memberikan solusi dan berani untuk menerima konsekuensi karena ketidakhadirannya. Menurutnya, dukungan dari orang-orang di sekelilingnya inilah yang semakin memantapkan langkah perempuan yang memiliki motto ”Ketuklah Semua Pintu-pintu Kesempatan di Depanmu” ini untuk terus bersemangat melanjutkan studi sampai selesai. ”Bersyukur, orang- orang di sekeliling saya sangat suport,” ungkapnya.
Selain keluarga dan teman-teman, para dosen dan pengajar di Fakultas Psikologi pun sangat mendukung. Beberapa kali Gayuh mendapatkan fasilitas konseling dari fakultas dan mendapatkan saran dari dosen-dosen mengenai cara mengelola kegiatan akademik dan kondisi mentalnya.
Perempuan yang bercita-cita terjun di dunia pendidikan inklusi ini selama kuliah sudah aktif berkegiatan di Divisi Pendidikan dan Kompetensi ini menuturkan belajar psikologi itu seperti mempelajari diri sendiri. Tak heran jika banyak anggapan, mahasiswa psikologi itu belajar sembari rawat jalan. Ia sangat bersemangat saat mendapat materi baru di perkuliahan. ”Saya merasa antusias setiap ada materi baru karena materi tersebut bisa direfleksikan ke dalam kehidupan saya sendiri dan menjelaskan banyak hal yang terjadi di sekeliling saya. Sesederhana mengetahui bagaimana saya mengingat suatu peristiwa, bagaimana saya mengenal bahasa, bagaimana saya memproses emosi, dan bagaimana saya membuat keputusan, bisa dijelaskan lewat materi-materi di psikologi” terangnya.
Selain aktif di kegiatan organisasi, Galuh pun sempat ikut magang, maupun menjadi relawan dan bahkan mengambil pekerjaan di beberapa tempat di luar perkuliahan. Organisasi yang paling lama ia ikuti adalah Kakak Asuh. Sementara itu, Gayuh juga pernah mencoba menjadi podcaster untuk Podcast Campus UGM dan berkesempatan menjadi Wardah Beauty Campus Ambassador di UGM pada tahun 2021. Masih ingin menempa dirinya dengan berbagai pengalaman, Gayuh juga mulai mengikuti kegiatan-kegiatan magang dalam program Lingkaran Youth Community Development Program, sembari menjadi asisten psikolog di RSJD Dr. Amino Gondohutomo, dan menjadi customer experience intern di Lazada Indonesia. Meskipun memiliki segudang kegiatan, Gayuh tetap terampil membagi waktu dan mengelola diri hingga bisa lulus sebagai wisudawan terbaik dengan predikat pujian.
Saat ditanya tentang daya juang perempuan dalam meraih pendidikan, dengan mantap Gayuh menjawab bahwa daya juang perempuan dalam meraih pendidikan luar biasa hebat dan tidak perlu diragukan lagi perjuangannya. ”Di sekeliling saya, saya banyak menemui perempuan-perempuan kuat yang bisa tetap menjaga semangat belajarnya dengan segala tanggung jawab lain yang harus dihadapinya, seperti mengurus anak dan keluarga,” terang Gayuh.
Direktur Pendidikan dan Pengajaran UGM, Prof. dr. Gandes Retno Rahayu, M.Med.Ed., Ph.D., mengatakan capaian prestasi akademik yang diraih oleh Galuh membuktikan besarnya daya juang perempuan dalam meraih pendidikan. ”Saya mengapresiasi para wisudawan perempuan yang berhasil mencapai tangga pendidikan yang lebih tinggi yaitu jenjang pendidikan Sarjana dan Diploma IV ini. Saya yakin setiap wisudawan perempuan memiliki cerita perjuangannya masing-masing dalam meraih Pendidikan, ” katanya.
Penulis : Listi
Editor: Gusti