Ada yang yang unik dan menarik di pelataran depan kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada. Terdapat beberapa tenda terpasang. Beberapa mahasiswa lalu lalang sambil berinteraksi dengan penjual. Mirip seperti pasar kaget, namun pasar yang dimaksud tidak menjual sayur mayur atau kebutuhan pokok, namun berbagi informasi antar mahasiswa dengan komunitas masyarakat. Sesuai dengan namanya, Pasar sepaHAM, dirancang sebagai sebuah strategi kebudayaan guna mengetengahkan isu inklusi sosial dan hak kewargaan kelompok marginal di ruang publik.
Irfanudien Ghozali selaku Direktur Artistik dari Pasar Sepaham, mengatakan tujuan dan latar belakang Pasar SepaHAM adalah untuk menyediakan ruang publik untuk kaum yang termarjinalkan mengekspresikan dirinya serta berbagi cerita. “Jadi sebenarnya kita itu ingin mengumpulkan teman-teman masyarakat solidaritas inklusi. Khususnya di Yogyakarta. Untuk berbagi pengetahuan, berinteraksi, berjejaring dalam rangka yang menggaungkan apa namanya, konsep dan gagasan dunia yang inklusif.” Jelas Ghozali, Senin (21/10).
Dalam pelaksanaanya, di Pasar SepaHAM ini terdapat banyak booth yang didirikan dan diisi oleh kelompok yang terpinggirkan. Salah satu dari booth tersebut adalah Cupable, dengan hastagnya yaitu #karenakopikitasetara. Cupable merupakan sebuah usaha kedai kopi yang merangkul kaum penyandang disabilitas untuk berkolaborasi yang dibawahi oleh YAKKUM
Di booth Cupable yang terletak di pasar sepaham, terdapat seorang barista kopi yang bernama Eko Sugeng. Eko Sugeng merupakan penyandang disabilitas yang sudah bergabung dengan Cupable selama lima tahun sejak 2018.
Menurut Eko event kegiatan seperti ini sangatlah bermanfaat untuk isu inklusif, untuk meningkatkan awareness masyarakat utamanya mahasiswa supaya mereka menjadi lebih berwawasan terkait isu-isu disabilitas. “Menurut saya ya sangat bagus,sangat penting juga kalau bisa apa ya, bisa diagendakan terus ya untuk berikutnya gitu kan, karena dengan seperti ini, apalagi di lingkungan kampus ya mahasiswa ini bisa yang muda-muda itu bisa mereka apa ya, lebih aware, merubah stigma mereka yang tadinya mungkin mereka tidak tahu belum pernah bersinggungan dengan disabilitas atau gimana. Disinilah misalnya ajangnya ya mereka bisa belajar banyak Mereka bisa ngerti gitu kan.” Ungkap Eko.
Lebih lanjut Eko menambahkan bahwa dia berharap supaya acara ini untuk kedepannya dapat memberikan dampak bagi banyak orang, dan supaya acara ini bisa menjadi role model di masyarakat, khususnya di bidang wirausaha supaya wirausahawan tidak hanya melihat kekurangan penyandang disabilitas namun juga kelebihan yang mereka miliki sebagai Individu. “Untuk acara ini sih harapannya ya acara ini terus bisa terus berkembang ya. Berkembang terus acaranya juga bisa berdampak bagi banyak orang juga baik dari komunitas-komunitas yang hadir,” jelasnya.
Seperti diketahui, pasar SepaHAM 2024 diselenggarakan melalui kolaborasi antara Tim Kajian Inklusi Sosial dan Kewargaan (Sejalin) dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Gadjah Mada (FISIPOL UGM), ‘Aisyiyah, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia DI Yogyakarta (PKBI DIY), Pusat Rehabilitasi (PR) Yakkum, dan Sasana Inklusi & Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB) Indonesia dengan dukungan dari Program INKLUSI.
Penulis : Hanif
Editor : Gusti Grehenson