
Perguruan tinggi diminta untuk saling berkolaborasi dalam membangun riset dan pengabdian yang memiliki dampak nyata ke masyarakat. Meski perguruan tinggi berlomba-lomba dalam mengejar peringkat internasional, namun diharapkan tetap bisa memberikan kontribusi pada masyarakat disamping mencetak lulusan yang berkualitas, unggul dan kompeten di bidangnya.
Hal itu mengemuka dalam, Konferensi Nasional Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (KNPPM) 2025 yang bertajuk “Strategi Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat untuk Inovasi Pengelolaan Desa Mandiri”, di Hotel University Club (UC) UGM pada 15 – 16 Oktober 2025 lalu. Konferensi yang diselenggarakan oleh Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat (DPkM) Universitas Gadjah Mada ini menghadirkan beberapa pembicara, Dekan FKG UGM, Prof. drg. Suryono, Prof. Dr. Marina Ng Kher Hui dari Universitas Nottingham Malaysia, dan Wakil Dekan Fakultas Teknik UGM Prof. Ali Awaludin.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni UGM, Dr. Arie Sujito, menegaskan pentingnya kolaborasi lintas perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, agar riset dan pengabdian dapat memberikan dampak nyata bagi bangsa. “Perguruan tinggi perlu berkolaborasi, bukan berkompetisi. Pengetahuan yang baik bukan sekadar menaikkan peringkat atau pangkat akademik, tetapi menginspirasi dan menggerakkan masyarakat,” tambahnya.
Suryono, mengatakan keberhasilan dalam bidang pengabdian diukur dari seberapa banyak manfaat yang bisa diberikan kepada orang lain, bukan dari seberapa banyak yang dikumpulkan. Dekan FKG UGM ini juga membagikan berbagai praktik yang telah dilakukan di fakultasnya, seperti i program pilah pilih sampah dari paradigma masalah menjadi berkah, sedekah manfaat bahkan telah menyalurkan lebih dari Rp4 miliar, serta kantin kejujuran dan sistem daur tertutup (closed-loop system) yang mengajarkan nilai kejujuran dan tanggung jawab sosial.
Sementara. Marina Ng Kher Hui, menampilkan inovasi penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk pendidikan dan pelestarian lingkungan di Malaysia. Ia menyebutkan beberapa contohnya ialah Adaptive Learning System (ALS) untuk sekolah-sekolah di pedesaan yang mendukung pembelajaran interaktif. Selain itu, proyek Smart Plant Project dan aplikasi PlantPals App memanfaatkan AI untuk mengenali tanaman lokal dan mengajarkan cara merawat serta mengolahnya. Ia juga memperkenalkan Praya Lane App, permainan berbasis AI yang mendukung pelestarian situs budaya setempat.
Marina mengatakan teknologi dan masyarakat merupakan kekuatan yang selaras dalam hal pengabdian. Oleh karena itu, kolaborasi dengan akademisi, aktivis, komunitas, dan masyarakat bisa memberi dampak nyata. “Jika hal-hal tersebut terpenuhi, baru bisa impactful ke lingkungan,” tekannya.
Sedangkan Ali Awaludin, menyebutkan sepanjang tahun 2025 sudah terdapat kurang lebih dari 633 kegiatan pengabdian masyarakat di lingkungan Fakultas Teknik UGM. Wakil Dekan Fakultas Teknik UGM ini mencontohkan beberapa proyek unggulan, seperti pemanfaatan teknologi untuk pengolahan sampah, program hilirisasi Gama Humat untuk rehabilitasi lahan pascatambang, pembangunan bale bambu di Cianjur, teknologi jembatan, serta sistem tenaga surya di sekolah rakyat Banyumas.
Ali juga menekankan perlunya kebijakan yang lebih adaptif dari perguruan tinggi agar pengabdian masyarakat semakin terarah dan berdampak luas. “Kunci keberhasilan pengabdian adalah kolaborasi lintas disiplin dan keterlibatan masyarakat secara langsung. Dengan cara itu, solusi yang dihasilkan bisa lebih holistik dan berkelanjutan,” jelasnya.
Penulis : Hanifah
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Salwa