
Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Isu Air sekaligus Mantan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi hadir sebagai orator pada penutupan PIONIR UGM pada Sabtu (16/8) di Lapangan Pancasila UGM. Dalam pidatonya tersebut, Retno mengangkat isu kemanusiaan dan lingkungan untuk memberikan motivasi pada mahasiswa baru atau sering disebut Gadjah Mada Muda (Gamada).
Retno memulai orasinya dengan mengenang masa kecilnya yang berasal dari keluarga biasa. Ketika ia diterima sebagai salah satu mahasiswa UGM, ia merasa sangat bangga karena memiliki kesempatan untuk memulai perjalanannya berkontribusi bagi negara dan kemanusiaan. Saat itulah inspirasinya muncul, Bahwa menggapai mimpi bukanlah satu-satunya tujuan yang harus dilakukan, melainkan membantu sesama adalah tujuan sesungguhnya. “Kamu harus selalu menempatkan kemanusiaan di atas prinsipmu. Ada kebaikan yang harus ditanam di setiap perjalanan. Saya ingin agar kalian bangga menjadi mahasiswa UGM,” ucap Retno.
Ia menyebut bahwa keadaan dunia saat ini sedang tidak baik-baik saja. Berbagai situasi nasional dan internasional menunjukan ada sisi kemanusiaan yang sedang mengalami krisis. Di belahan dunia tertentu, nyawa manusia dikorbankan demi kekuasaan, hak-hak perempuan belum terpenuhi, kesetaraan dan keadilan masih belum diberikan. “Hal ini perlu menjadi perhatian bagi para pembelajar yang diberikan kesempatan istimewa sebagai agen perubahan,” ujarnya.
Selain isu kemanusiaan, Retno juga menyampaikan keprihatinannya pada tantangan lingkungan yang dihadapi dunia. Pemanasan bumi dan perubahan iklim telah menyebabkan banyak perubahan dalam kehidupan manusia. Gagal panen, bencana, hingga persaingan global muncul karena isu ini.
Retno secara khusus menyebut ketersediaan air sebagai salah satu isu yang harus menjadi perhatian. Sebanyak 1 dari 4 orang di dunia tidak memiliki akses air minum yang bersih dan aman. Sedangkan kelangkaan air dan pangan telah berdampak pada hampir 300 juta manusia di bumi. “Di satu sisi kita melihat perkembangan teknologi yang sangat luar biasa. AI dan otomatisasi berpotensi menambah nilai ekonomi global hingga 13 triliun USD, namun beberapa orang justru terancam kehilangan pekerjaannya,” papar Retno.
Ia mengatakan sebanyak 400-800 juta pekerjaan akan digantikan oleh otomatisasi pada tahun 2030. Sejumlah orang harus beralih profesi dengan melatih keterampilan diri yang berorientasi pada teknologi. Fenomena ini tentunya menjadi sebuah tantangan dan peluang.
Namun Retno mengingatkan bahwa setiap situasi sulit pasti ada kesempatan. Pada saat itu, insan muda Gamada diharapkan turut membantu sesama. Solidaritas dan empati akan membentuk masyarakat yang kokoh, dan masyarakat yang kokoh akan membentuk negara yang kuat. Melalui kerja sama dan kolaborasi, kemanusiaan dapat hadir sebagai solusi atas segala tantangan yang dihadapi kini. Nantinya, Gamada akan menjadi salah satu agen perubahan yang dapat berkontribusi bagi kemajuan peradaban.
Pada akhir orasinya, Retno mengajak Gamada agar tidak mudah menyerah. “Kondisi seperti ini justru kita tidak bisa menyerah dan menjadi semakin kuat. Kita harus tahan banting dan menjadi pemenang,” pungkasnya.
Penulis : Tasya
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Firsto