
Presiden Kelima RI sekaligus Ketua Dewan Pengarah BRIN, Prof. Dr. (H.C.) Hj. Megawati Soekarnoputri melakukan kunjungan ke Hutan Wanagama di Desa Banaran, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Kamis (2/10). Megawati disambut langsung oleh Rektor UGM, Prof. Ova Emilia,didampingi jajaran pimpinan UGM, Bupati Gunungkidul, Wakil Bupati Sleman dan para pimpinan daerah lainnya.
Dalam kunjungannya, Megawati mendapat penjelasan sejarah dan proses perkembangan Hutan Wanagama sebagai hutan pendidikan dari Direktur KHDTK Wanagama, Ir. Rini Pujiarti, S.Hut., M.Agr., Ph.D., IPM. Dalam kesempatan ini secara khusus Megawati menandatangani bingkai foto dirinya saat berkunjung di Wanagama pada tahun 2005.
Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Ir. Sigit Sunarta, S.Hut., M.P., M.Sc., Ph.D., IPU mengatakan kunjungan Megawati Soekarnoputri di kawasan hutan Wanagama untuk mengenang kembali kunjungan yang pernah dilakukan 20 tahun yang lalu. Pada kunjungan saat itu, Megawati berkesempatan memberi bantuan sumur bor yang berfungsi untuk pemuliaan hutan jati. “Sebenarnya ada materi genetik yang sudah kita miliki, kemudian kita kembangkan dan diberi nama Jatimega. Sehingga Jatimega ini sudah ditanam di sini, umurnya 21 tahun, dan sekarang ada di petak 16. Ibu Megawati kesini kembali ya paling tidak cek dan juga nostalgia waktu 20 tahun yang lalu,” ujarnya.
Dalam kunjungan kali ini, kata Sigit, Megawati berpesan bahwa sebagai kawasan hutan dengan tujuan khusus perlu untuk dilestarikan. Dipesankan tidak boleh ada penebangan, dan UGM memang tidak menebang karena secara aturan hanya bisa menanam. “Memang begitu, tidak boleh menebang pohonnya, tetapi kita bisa memanfaatkan hasil-hasil hutan di luar kayu,” terang Sigit.
Sigit menambahkan Kawasan Hutan Wanagama sesuai mandat memang sebagai kawasan hutan dengan tujuan khusus. Misalkan sebelumnya ada pengembangan seperti untuk ekowisata. Selain itu hutan ini utamanya untuk edukasi. “Karenanya disini kita punya beberapa gedung, ruangan yang bisa dipakai untuk berbagai macam pelatihan dan lain sebagainya, dan itu sesuai dengan mandat sebagai kawasan hutan dengan tujuan khusus,” imbuhnya.
Soal pohon jatimega, Sigit lebih jauh menjelaskan bila bibit hasil pengembangan dahulu dibiayai oleh Megawati. Sehingga kemudian diberi nama Jatimega, dan hingga sekarang masih tetap terus diproduksi dan ditanam di beberapa tempat di kaasan hutan di Jawa.
Di Kawasan Hutan Wanagama, pengembangan pohon Jatimega dilakukan di kavling 16 seluas 5 hektar. Pohon ini juga ditanam di Kawasan Hutan di Ngawi dan hutan di Blora. “Jati ini memang jenis unggul, dan setelah dikembangkan kelebihannya dalam waktu umur misalkan 20 tahun. Untuk jati biasa umurnya kurang lebih 60 tahun. Jadi jenis ini sangat lebih cepat,” paparnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Donnie