Imbas penutupan Tempat pembuangan Akhir (TPA) Regional Piyungan di Kabupaten Bantul, DIY mulai dirasakan oleh warga Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul. Tumpukan sampah terlihat menggunung di beberapa sudut jalan sejak ditutupnya TPA Regional Piyungan sejak 23 Juli 2023 lalu.
Upaya mengolah dan mengelola sampah dengan segera perlu dilakukan guna mengurangi penumpukan sampah. Universitas Gadjah Mada pun mengembangkan strategi pengolahan sampah secara mandiri dan berwawasan lingkungan. Hal menjadi komitmen UGM dalam menyukseskan program pemerintah dalam mewujdukan terbentuknya kota berkelanjutan seperti dalam rencana aksi SDGs poin ke-11 dengan salah satu indikator kota berkelanjutan adalah pengelolaan sampah solid yang baik.
Salah satu langkah yang dilakukan UGM dalam pengelolaan sampah secara mandiri adalah pengembangan fasilitas pengolahan sampah organik menjadi kompos sejak 2011 silam di Pusat Inovasi Agro Teknologi (PIAT) UGM, di Desa Kalitirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman. Lalu, pada tahun 2016 mendirikan Rumah Inovasi Daur Ulang (RinDU) yang menjadi laboratorium daur ulang sampah dan limbah dengan konsep pengolahan sampah berbasis 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Adapun pengeloaaan sampah dilakukan dengan beberapa metode yakni metode komposting untuk pengolahan sampah organik menjadi pupuk, metode pirolisis untuk pengolahan limbah plastik menjadi bahan bakar dan mengguankan incinerator untuk pengolahan sampah yang sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi.
Mengurai persoalan limbah masker dan sarung tangan plastik selama pandemi Covid-19, PIAT UGM berkolaborasi dengan sejumlah mitra juga membuat sistem pengelolaan limbah untuk meminimalkan dampak limbah ke lingkungan. Sistem tersebut adalah Dropbox-Used Mask (Dumask) bertujuan menyediakan jalur pembuangan masker dan sarung tangan bekas dari masyarakat umum yang aman dan ramah lingkungan. Dropbox diletakkan di sejumlah lokasi lalu petugas akan mengambil sampah medis untuk dihancurkan dengan pemanasan bersuhu tinggi (pirolisis).
Beragam terobosan dan inovasi mengedepankan teknologi untuk mengurai persoalan sampah dan limbah juga dikembangkan oleh sivitas UGM. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh peneliti Fakultas Teknik UGM mengembangkan mesin pencacah plastik yang bisa dipakai sebagai bahan campuran aspal. Inovasi tersebut lahir dari tangan Muslim Mahardika yang melibatan peneliti lainnya di Fakultas Teknik, yakni Prof. Nizam, Rachmat Sriwijaya, Sigiet Haryo Pranoto, dan Fajar Yulianto Prabowo. Mesin pencacah plastik kresek ini dibuat pada awal 2018 silam untuk mengolah sampah plastik menjadi produk bernilai tambah, termasuk mengurangi sampah plastik yang ada di masyarakat. Hasil cacahan plastik tersebut sebagai bahan daur ulang plastik yang digunakan oleh pabrik daur ulang plastik dan juga sebagai bahan campuran aspal.
Inovasi lain yang dikembangkan peneliti UGM adalah Biogas Power Plant Gamping yang ada di Pasar Buah Gemah Ripah, Gamping, Yogyakarta. Instalasi ini dibangun pada 2011 lalu Waste Refinery Center UGM bersama dengan Koperasi Gemah Ripah Gamping, Pemda Sleman, serta Pemerintah Swedia untuk mengolah sampah buah di pasar tersebut menjadi biogas sekaligus mengurangi pembuangan sampah yang akan dibawa ke TPA Piyungan. Lewat pengolahan sampah buah menjadi biogas mampu membangkitkan listrik yang dimanfaatkan oleh pedagang pasar di kawasan tersebut.
Berikutnya, inovasi untuk mengatasi soal sampah dikembangkan oleh mahasiswa Fakultas Biologi UGM Rania Naura Anindhita. Ia membuat sebuah formula untuk menetralkan bau sampah dengan memanfaatkan air lindi atau cairan yang dihasilkan dari pemaparan air hujan di tumpukan sampah bernama Eco Lindi. Inovasi yang dikembangkan Rania turut memberikan alternatif solusi dalam mengatasi persoalan lingkungan.
Melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN), UGM membantu masyarakat untuk mengelola sampah rumah tangga. Dalam tahap awal program ini dilakukan di sekitar kampus UGM dan natinya akan digerakkan secara lebih luas di berbagai daerah di tanah air. Dalam program ini mahasiswa membantu warga dalam mengelola sampah yang baik di tingkat desa sebelum dibuang ke TPA. Pengelolaan sampah dilakukan dengan memperhatikan karakteristik dan keunikan masyarakat di wilayah masing-masing.
Penulis: Ika
Foto: detik.com