Metode penurunan berat badan terbukti mampu digunakan sebagai terapi bagi penderita prediabetes. Perlu diketahui, prediabetes adalah kondisi ketika kadar gula dalam darah sudah melebihi batas normal, tetapi tidak setinggi pada penderita diabetes tipe 2. Penurunan berat badan direkomendasikan sebagai terapi sebab metode ini mengurangi jumlah dan aktivitas lemak tubuh, terutama di sekitar perut yang menjadi penyebab kelemahan resistensi insulin. Penelitian yang luas menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup terutama berfokus pada diet dan olahraga rutin dapat mencegah atau menunda diabetes dan bahkan mengembalikan kadar gula darah ke normal.
dr. Ali Baswedan, Sp. PD, KEM-D, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Sub Endokrin Metabolik, Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM, menyebutkan dalam suatu penelitian bahwa penurunan berat badan sebesar kurang lebih 7 % dari berat awal sudah terbukti menurunkan risiko perkembangan menjadi diabetes. “Kelebihan berat badan, terutama lemak di sekitar perut, melemahkan kemampuan kerja insulin atau menurunkan sensitivitas insulin. Akibatnya, gula darah cenderung meningkat dan meningkatkan risiko munculnya prediabetes. Semakin meningkat berat badan, semakin besar resikonya,” terang Ali, Senin (3/11).
Menurutnya, seseorang dengan tingkat obesitas dan riwayat keluarga diabetes, fitambah jarang beraktivitas fisik, atau usia lebih dari 40 tahun berisiko lebih tinggi mengalami kondisi pra diabetes. Oleh karena itu, upaya melakukan penurunan berat badan mengurangi simpanan lemak di tubuh, maka tubuh akan lebih peka terhadap insulin sehingga kemampuan kerja insulin meningkat. Selain itu, berkurangnya lemak tubuh menurunkan peradangan atau inflamasi dalam tubuh dan mengurangi produksi zat kimia yang menghambat kerja insulin. “Hasilnya glukosa darah lebih mudah masuk ke sel dan gula darah menurun,” jelasnya.
Target diet bukan sekadar berapa kilogram penurunan berat badan, tetapi perubahan berupa lemak dalam badan berkurang yang mana mampu meningkatkan kemampuan kerja insulin. Massa otot yang bertambah mengartikan bahwa gula darah (glukosa) lebih banyak terbakar di otot. Kemudian, sebaran lemak dalam tubuh merata sehingga metabolisme bisa lebih baik. “Karena itu, kombinasi latihan beban untuk meningkatkan massa otot dan aerobik memberikan hasil terbaik,” ungkapnya.
Pada sebagian orang yang mengalami kesembuhan prediabetes atau pun gula darah kembali normal, penurunan berat badan akan sangat bermakna. Akan tetapi, hasilnya tergantung pada lamanya prediabetes, kondisi pankreas, dan kemampuan mempertahankan berat badan. “Jika berat badan naik lagi, kondisi pra diabetes muncul”, katanya.
Bagi Ali, prediabetes merupakan “lampu kuning” suatu kondisi yang mengarah ke diabetes tipe 2, tetapi masih memungkinkan untuk kembali normal. Menurunkan berat badan dengan cara sehat seperti makan seimbang, aktif bergerak rutin, bisa menormalkan gula darah tanpa obat. “Kuncinya bukan obat, tetapi perubahan gaya hidup jangka panjang yang konsisten,” pungkasnya.
Penulis : Jelita Agustine
Editor : Gusti
Foto : Freepik
