Raut muka Aji Bambang Sasongko nampak begitu sumringah begitu ia berhasil menyandang gelar sarjana terapan usai mengikuti Wisuda Program Sarjana Terapan Periode I Tahun Akademik 2025/2026, Rabu (26/11) lalu di Grha Sabha Pramana. Di antara 423 lulusan sarjana terapan, Aji dinobatkan sebagai lulusan termuda yang lulus program sarjana terapan di usia 20 tahun 8 bulan dengan perolehan IPK 3,79 atau cumlaude. Padahal rerata lulusan program sarjana terapan adalah 22 tahun 6 bulan.
Pemuda asal kota Tasikmalaya, Jawa Barat ini mengaku terharu sekaligus bersyukur dapat menjadi lulusan termuda pada hari wisudanya. Ia sudah membawa semangat juang sedari jenjang sekolah menengah yang berhasil mengikuti program akselerasi dari SMPN 1 Tasikmalaya ke SMAN 1 Tasikmalaya. “Tentu berkat dorongan dari Ibu, saya dapat memasuki perkuliahan di umur 16 tahun,” ujarnya, Selasa (2/12).
Lulus cepat menjadi salah satu target, ungkap Aji yang mengaku perkuliahan tidak semulus yang diharapkan selama masa studi kurang lebih 3 tahun 11 bulan. Ia mengambil program studi D4 Teknologi Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol sekaligus program non-degree di University of Missouri Kansas City selama satu semester dengan program studi Artificial Intelligence dari program IISMA yang diselenggarakan Kemendikbudristek RI.
Ketertarikannya pada teknologi, membawa Aji bersemangat mengikuti berbagai perlombaan dan pernah memenangkan kompetisi karya terapan. Terkhusus pada robotika, ia mengambil tugas akhir kontrol sistem robust dengan Cascade Sliding Mode Control dengan mudah menstabilkan posisi drone dengan akurasi tinggi terhadap setpoint dan tahan terhadap gangguan eksternal.
Di balik prestasi yang ia garap, Aji perlu bekerja sambilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membayar perkuliahan sejak tahun pertama. “Saya pernah kerja samilan hingga terancam tidak dapat menyelesaikan studi,” kenangnya.
Kendati demikian, ia menyebutkan apresiasi dan rasa rasa terima kasih mendalam kepada beberapa pihak yang telah membantu memotivasinya dari dosen pengampu, Fakih Irsyadi S.T., M.T., hingga dosen pembimbing akhir, Jans Hendry S.T., M.Eng., hingga rekan-rekan sesama aktivis BEM KM. “Tidak perlu menjadi lulusan termuda, dapat menyelesaikan hingga akhir sudah cukup memberikan rasa puas menebus usaha selama ini. Saya selalu berpegang teguh pada kata-kata William Shakespeare pada karyanya yang berjudul Hamlet, To be, or not to be, that is the question,” sebutnya.
Penulis : Hanifah
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Dok.Aji Bambang Sasongko
