Mar’atul Hofizah (18) tidak akan melupakan peristiwa di hari Selasa 26 Maret 2024. Peristiwa penting saat dirinya dinyatakan diterima kuliah di Program Studi (prodi) Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM).
Dia ingat betul momen mendebarkan saat-saat menunggu pengumuman penerimaan mahasiswa baru UGM jalur seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Di hari itu sejak pagi, ia mengaku merasa begitu gelisah.
Antara diterima dan tidak. Iapun mengurung diri di kamar dan sesekali menitikan air mata. Ia begitu takut luar biasa akan bayangan seandainya tidak diterima kuliah di UGM.
“Saat membuka pengumuman, alhamdullilah diterima. Saya pun menangis sejadinya karena pilihan saya hanya di prodi Akuntansi UGM. Takut tidak diterima, saya pun segera berlari keluar kamar memberi tahu orang tua,” terangnya.
Atul, begitu sapaan akrab untuk gadis asal Lombok Timur ini. Begitu bahagia yang ia rasakan saat itu. Kebahagiaan itupun semakin lengkap saat dirinya dinyatakan mendapat beasiswa Uang Kuliah Tunggal (UKT) 100 persen alias dibebaskan dari biaya studi hingga lulus.
Atul mengaku sudah sejak lama berkeinginan kuliah di UGM. Bahkan keinginan itu telah terbentuk sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Meski berasal dari keluarga dengan kondisi perekonomian pas-pasan, ia bermimpi suatu ketika berharap bisa kuliah di UGM salah satu kampus terbaik di Indonesia.
Meski hidup dalam serba keterbatasan ekonomi tak menciutkan keinginan Atul. Menjalani hidup dalam kondisi serba apa adanya menjadikannya kuat dan bersemangat di dalam belajar. Dirinya begitu meyakini pendidikan sebagai jalan untuk bisa merubah nasib keluarga menjadi lebih baik.
“Jadi keinginan kuliah di UGM itu sudah ada sejak SD. Tidak tahu kenapa ko pingin sekali,” ungkapnya saat ditemui di kediamannya baru-baru ini.
Atul merasa bersyukur dan beruntung memiliki kedua orang tua yang sangat tahu keinginan hati kecilnya. Hairudin (52) dan Nihayah (45) sebagai orang tuanya pun sudah sejak lama membaca keinginan itu.
Meski tidak banyak yang bisa mereka lakukan, kedua orang tua Atul senantiasa mendukung harapan anaknya melalui doa. Ditengah situasi yang terbilang pas-pasan, Atul mengimbangi dengan usahanya dengan giat belajar dan mengukir prestasi.
Menjadi seorang akuntan menarik kuat minat Atul terhadap dunia akuntansi. Saat masih sekolah ia sangat terobsesi bisa bekerja di Big Four Company. Karenanya ia selalu berusaha mencatatkan prestasi terbaik selama di sekolah dan mendapat beasiswa.
Diterima di Program Studi Akuntansi FEB UGM, menjadi babak baru kehidupan Atul saat ini. Ia begitu senang dan tidak akan melewatkan kesempatan ini.
“Awalnya tidak percaya diri untuk mengambil UGM, tetapi orang tua meyakinkan saya untuk tetap mencoba. Alhamdulillah sangat bersyukur akhirnya bisa diterima di prodi yang sangat saya impikan yakni di Akuntansi FEB UGM,” paparnya alumnus SMAN 1 Selong ini.
Satu per satu mimpi terwujud, Atul sadar bukan perjalanan mudah untuk dilalui. Segala perjuangan, usaha keras, tekad kuat dan doa akan selalu ia ulang saat kuliah nanti.
Berjuang mencapai mimpi dan tidak mudah putus asa menjadi prinsip yang selalu ia pegang. Atul meyakini dengan terus berdoa, Allah akan meridhoi dan mewujudkan harapan bagi mereka yang meminta.
Dalam kehidupan keluarga, Atul merupakan anak ke dua dari empat bersaudara pasangan Hairudin (52) dan Nihayah (45) asal Gubuk Timuk, Desa Korleko, Kecamatan Labuhan Haji, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Sang ayah bekerja sebagai buruh di perkebunan kelapa, dan sang ibu adalah ibu rumah tangga.
Dengan pendapatan yang tidak seberapa sesungguhnya berat bagi kedua orang tua dalam menjalani kehidupan. Dengan mensyukuri apapun yang diperoleh, kedua orang tua Atul tetap berpendirian kuat untuk tetap mengupayakan harapan anak-anaknya.
Dengan segala cara, kedua orang tua Atul bertekad agar seluruh anak-anaknya bisa mengecap pendidikan bahkan jika perlu hingga perguruan tinggi. “Kami akan mengupayakan pendidikan terbaik bagi anak, apapun kondisinya,” tutur Nihayah.
Menyekolahkan hingga perguruan tinggi juga menjadi amanat dari Nenek Atul. Pesan sang nenek kepada Nihayah dan Hairudin untuk bersungguh-sungguh dalam mengupayakan anak-anaknya bisa mengenyam pendidikan yang memadai hingga jenjang perguruan tinggi.
“Pesan orang tua saat itu, cucu-cucunya harus bisa sekolah setinggi-tingginya bagaimanapun kondisinya harus diusahakan. Itu selalu dipesankan karena nenek tidak bisa menyekolahkan anaknya dengan baik. Ada keinginan orang tua agar situasi yang saya alami tidak terulang pada cucu-cucunya,” imbuh Nihayah sembari bercerita bila dirinya hanya tamatan SD dan suami lulusan SMP.
Nihayah pun menambahkan cerita bila putri pertamanya belum lama ini telah berhasil menyelesaikan pendidikan S1 di sebuah perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Kini Atul yang diterima di UGM berkeinginan yang sama yaitu mengikuti jejak sang kakak.
Nihayah bercerita bila ia dan suami merasa bangga dengan pencapaian kedua putrinya. Banyak perjuangan yang dilakukan kedua putrinya untuk mewujudkan cita-citanya.
Tak terasa berkali-kali Nihayah menyeka air mata dan suaranya bergetar. Beberapa kali ia menarik nafas panjang untuk menahan tangis. Lagi-lagi ia teringat kerja keras kedua putrinya, dan pecah tangis pun tak tertahan lagi.
“Satu harapan sudah didapat Atul. Kita hanya mendoakan semoga ia bisa kuliah dengan baik, nyaman, cepat lulus dan segera mendapat pekerjaan impiannya. Kami orang tua hanya bisa mendukung dengan doa,” ungkapnya terbata.
Atul merupakan satu dari ribuan sosok anak bangsa yang lahir dari keluarga kurang mampu. Kuatnya keinginan gadis ini berhasil membuktikan kemiskinan bukan menjadi kendala untuk meraih mimpi.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) sebagai bagian dari UGM berkomitmen kuat untuk meningkatkan inklusivitas dengan memberikan akses pendidikan yang merata bagi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat dengan kerentanan ekonomi, sosial, maupun geografis. Upaya tersebut sejalan dengan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah melalui Permendikbud Ristek No. 48 Tahun 2022 tentang Penerimaan Mahasiswa Baru Program Diploma dan Program Sarjana PTN yang mewajibkan PTN menerima minimal 20 persen kuota dari mahasiswa yang diisi mahasiswa kurang mampu secara ekonomi dan dari daerah terdepan, terluar, tertinggal (3T).
Setiap tahunnya FEB UGM menerima tidak kurang dari 540 mahasiswa pada program sarjana. Pada tahun 2023, tercatat ada sebanyak 60 persen mahasiswa FEB UGM yang memperoleh berbagai beasiswa, termasuk beasiswa Uang Kuliah Tunggal (UKT) Pendidikan Unggul bersubsidi 100 persen atau UKT 0 (nol).
FEB UGM memberikan beasiswa bagi mahasiswa baru yang berasal dari keluarga kurang mampu sebagai wujud komitmen UGM sebagai kampus kerakyatan. Pendidikan berkualitas unggul dan terjangkau bagi mahasiswa merupakan komitmen FEB UGM untuk mewujudkan pendidikan yang berkeadilan, merata, dan inklusif.
Reportase: Kurnia Ekaptiningrum
Tulis ulang : Agung Nugroho