
Mahasiswa Fakultas Peternakan UGM, Muh. Dino Prasetyo, tengah melakukan magang di peternakan ayam layer di perusahaan Crest Co Ltd, Jepang sejak Februari 2025 lalu. Banyak pengalaman dan manfaat yang bisa ia diperoleh. Selain soal disiplin waktu, ia banyak belajar ketelitian dalam bekerja.
Mengawali magang di Jepang, Dino mengaku memerlukan waktu untuk menyesuaikan ritme bekerja bersama orang Jepang. Banyak hal baru yang ia temui, dan membuatnya lambat laun menyesuaikan dan pada akhirnya terbiasa. “Disiplin waktu dan ketelitian dua hal yang saya temui dari orang Jepang. Mereka sangat disiplin dan teliti sehingga segala hal yang dikerjakan penuh perhitungan,” ungkap Dino, Kamis (3/7).
Dino pun mengaku tantangan terbesar diawal magang adalah dalam hal berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Terutama penggunaan bahasa pengantar sebagai bahasa untuk berkomunikasi. Meskipun ada orang asing yang berasal dari Brazil, Vietnam, Myanmar, dan Filipina namun bahasa sehari-hari tetap menggunakan bahasa Jepang. “Di awal ya kesulitan, tapi seiring berjalannya waktu saya harus belajar banyak kosakata yang akhirnya menjadi terbiasa mendengar dan berbicara bahasa Jepang”, ungkap Dino, mahasiswa asal Purwokerto ini.
Dino kagum dengan sikap orang Jepang yang sangat suka bertukar informasi. Mereka begitu penasaran dan banyak menanyakan hal-hal yang ada di Indonesia terkait bahasa, makanan, budaya, daerah, dan lain-lain. Selama magang Dino pun melihat dan memanfaatkan beberapa hal yang bisa diadopsi untuk dibawa ke Indonesia. Diantaranya tentang sistem diet ayam serta teknologinya. “Untuk sistem diet ayam di Jepang dilakukan saat telur ayam sudah mulai kurang bagus. Soal teknologi, saya rasa di Indonesia harus mengadaptasi sistem distribusi telur di Jepang, misalnya dari total 10 kandang di sini saling berhubungan dalam proses distribusi telurnya. Masing-masing kandang sudah memiliki jadwal distribusi sendiri-sendiri. Seluruh telur tersebut akan didistribusikan ke tempat pengumpulan telur dan akan diseleksi terlebih dahulu lalu dipasarkan,”urai Dino.
Teknologi yang dipakai, menurut Dino, cukup canggih dan sangat mempermudah pekerjaan mulai dari pemberian pakan, pemberian air, distribusi telur, pengatur suhu otomatis, sampai pembuangan kotoran pun sudah otomatis. Meskipun demikian, ia dan tim masih harus melakukan konfirmasi kembali dan perbaikan ketika ada yang rusak. “Saya rasa masih sedikit peternakan ayam layer di Indonesia yang menggunakan sistem closed house dan otomatisasi seperti di sini,”kata Dino.
Magang di Crest Co Ltd, Jepang, Dino menceritakan kegiatan hariannya yang dimulai dari pukul 07.00 hingga 17.30. Baginya cukup dengan berjalan kaki untuk menuju tempat kerja karena jarak yang tidak jauh dari asrama. Sesampai ditempat kerja, maka kegiatan wajib yang harus dilakukan adalah melakukan pengecekan pakan dan air, cek ayam mati, pengecekan alat, dan memastikan sirkulasi udara bagus, serta yang paling utama memastikan distribusi telur berjalan lancar.
Kegiatan pun berlanjut dengan membuang kotoran ayam, membersihkan kandang, perawatan mesin, vaksin, menimbang ayam dan telur, serta melakukan perbaikan alat atau mesin. Dino pun menuturkan sebelum memegang tanggung jawab terhadap 2 kandang yang berisi sekitar 110 ribu ekor ayam, para mahasiswa magang diberi waktu 3 bulan belajar bersama orang yang sudah berpengalaman sehingga harapannya dapat melakukan pekerjaan dengan baik. “Yang pasti jangan takut untuk mencoba dan gagal, manfaatkan waktu ketika masih menjadi mahasiswa untuk belajar hal-hal baru, mencari relasi, serta pengalaman,”ucapnya.
Dono merupakan salah satu dari 4 mahasiswa terbaik Fakultas Peternakan UGM yang dikirim mengikuti magang bekerja selama 1 tahun di Crest Co Ltd, Jepang. Mereka adalah Taufik Nur Huda, Muh. Dino Prasetyo, Devara Dhian Alvioneta dan Puteri Khairunnisa. Semuanya adalah mahasiswa Fapet UGM angkatan 2022. Di Jepang, Devara dan Puteri kan magang bekerja di peternakan babi, sedangkan Taufik dan Dino akan magang di peternakan ayam layer.
Reportase : Satria/Humas Fakultas Peternakan
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Dok.Dino