Menjadi seorang mahasiswa, tekad dan dedikasi tentu akan membawanya dalam mencapai impian yang ingin diraihnya. Hal ini dibuktikan oleh Henra, mahasiswa program fast track di orogram studi Magister Bioteknologi di Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, di usia 24 tahun, berhasil menjadi wisudawan tercepat lantaran berhasil menyelesaikan studinya dalam waktu 1 tahun 0 bulan dan lulus dengan predikat cumlaude di penghelatan wisuda program Pascasarjana UGM , Kamis (24/10) lalu.
Sebelum melanjutkan studi S2 di Universitas Gadjah Mada, Henra menyelesaikan sarjananya di Universitas Hasanuddin Makassar. Ketika memasuki program S2, ia langsung terjun untuk melakukan penelitian sejak semester pertama. Penelitiannya berfokus pada ”Aktivitas Senyawa Antifungi dan Antibiofilm Bacillus velezensis BP1 terhadap Candida albicans: In Vitro Bioassay, Metabolomic, In Silico Molecular Docking“. Penelitian ini tentu sangat relevan dengan bidang yang sangat diminatinya, yakni bioteknologi. Dukungan dari dosen pembimbingnya memberikan motivasi tambahan bagi Henra untuk berusaha lebih keras dan tak hanya mencapai target awal namun juga melampauinya.
Di balik keberhasilannya, pemuda asal Makassar ini menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam penyesuaian jadwal yang padat. Ia sering kali merasa lelah karena harus membagi waktu antara kuliah dan penelitian. Namun, semangatnya tak pernah pudar. Ia juga mengaku bahwa keberadaan teman-temannya yang saling mendukung juga sangat berperan dalam kelancaran studinya. “Saya selalu memanfaatkan setiap waktu luang antara kuliah untuk melanjutkan penelitian, sehingga nantinya pada saat seminar proposal, ia sudah mendekati hasil akhir dari penelitiannya,” ujarnya saat ditanya oleh wartawan di Kampus UGM, Kamis (24/10).
Menyeimbangkan antara kehidupan akademik dan kehidupan pribadi juga menjadi salah satu tantangan bagi Henra. Meski terkadang merasa kewalahan, namun ia percaya bahwa setiap pengorbanan yang dilakukan akan berbuah manis. Henra menunjukkan bahwa meski ada banyak halangan, dengan tekad yang kuat dan dukungan dari lingkungan, segala sesuatu akan menjadi mungkin. Ia juga mengaku belajar untuk mengelola emosinya dan menemukan cara untuk dapat terus termotivasi, bahkan saat menghadapi situasi yang sulit.
Tak hanya lulus dengan cepat, Henra juga berhasil untuk mendapatkan nilai akhir yang baik dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3.87. Menurutnya, perolehan nilai IPK yang baik ini tidak lepas dari ketekunannya dalam belajar dan pengalaman aktifnya dalam mengikuti berbagai lomba karya tulis ilmiah selama masa SMA dan S1 menjadi landasan yang kuat baginya saat melanjutkan kuliah S2. “Walaupun belum sampai tingkat nasional, pengalaman mengikuti olimpiade dan lomba-lomba ini memberikan dorongan bagi saya untuk terus berjuang dan mengembangkan kemampuan saya di bidang akademik,” katanya.
Belajar di UGM memberikan pengalaman belajar yang sangat berharga bagi Henra berkat keberagaman disiplin ilmu yang ada di kampus. Ia mengaku di UGM tak hanya belajar dari satu bidang, tetapi juga mengeksplorasi ilmu dari berbagai fakultas, termasuk kesehatan manusia, tumbuhan, hewan, dan mikroba. Pembelajaran lintas disiplin ini memberikan perspektif yang lebih luas dan mendalam tentang bioteknologi, memperkaya pengetahuannya dan memperkuat fondasi akademisnya. “Saya sangat antusias dengan materi-materi yang diajarkan oleh para dosen yang selalu diperbarui sesuai dengan perkembangan terbaru di bidangnya,” katanya.
Selama kuliah, henra mengaku dirinya juga mendapatkan pengalaman sosial yang unik. Padahal saat pertama merantau ke Yogyakarta untuk pertama kalinya, ia mengaku menghadapi tantangan yang besar karena tidak memiliki satu orang kenalan pun di kota ini. Perbedaan budaya juga menambah kompleksitas penyesuaiannya. Menariknya, Henra malah menemukan kenyamanan dan suasana yang damai selama hidup di Yogyakarta. Momen-momen lucu dan menyenangkan saat bergaul dengan teman-temannya membuatnya merasa bahwa selalu ada ruang untuk bersenang-senang dan menikmati proses belajar.
Lahir di keluarga yang mengutamakan pendidikan, keberhasilan Hendra menjadi kebanggaan tersendiri, terutama karena ia adalah anak pertama yang menyelesaikan pendidikan tinggi di program master dalam keluarga besar mereka. Meskipun demikian, orang tuanya juga mengingatkan agar Hendra tetap rendah hati dan tidak melupakan nilai-nilai yang diajarkan di lingkungan keluarga. “Orang tua saya selalu berpesan agar dapat menggunakan ilmu untuk hal-hal yang bermanfaat dan positif, serta tidak menggunakan pengetahuannya untuk tujuan yang kurang baik,” katanya.
Henra juga turut memberikan tips bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan S2. Pertama, penting untuk mempersiapkan diri secara fisik dan mental lantaran perjalanan ini membutuhkan dedikasi dan komitmen yang tinggi. Kedua, ia menekankan pentingnya untuk memulai penelitian lebih awal. “Seperti yang saya lakukan, apabila telah menyiapkan topik dan isi penelitian lebih awal, teman-teman nggak cuma bisa menyelesaikan studi lebih cepat, tapi pasti hasil penelitiannya juga akan lebih baik,” katanya.
Dengan tekad yang kuat, Henra berharap agar dapat menyelesaikan program doktoral yang tengah ia ikuti mulai tahun ini dengan cepat, sama seperti bagaimana ia menyelesaikannya di program S2. Ambisi utamanya adalah berkontribusi sebagai peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dimana ia ingin menerapkan ilmunya untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat dan bangsa. “Menurut saya, penelitian adalah salah satu cara untuk menjawab tantangan yang dihadapi dunia, dan saya ingin menjadi bagian dari solusi tersebut,” pungkasnya.
Penulis : Lintang
Editor : Gusti Grehenson